Sepeda Listrik sebagai Solusi Polusi di Jakarta

Jakarta darurat polusi udara. Kualitas udaranya bahkan sudah masuk kategori tidak sehat. Warga ibu kota sampai diimbau untuk menggunakan masker khusus agar tetap bisa bernapas dengan baik. Pasalnya, efek polusi udara terhadap kesehatan pun tidak dapat diabaikan. Polusi udara yang masuk ke sistem pernapasan bisa menyebabkan gangguan pada jantung dan paru-paru. Bahkan dalam kondisi yang serius, hal tersebut bisa memicu kanker serta stroke.

Kita tidak bisa jika hanya mengandalkan pemakaian masker untuk melindungi diri dari buruknya polusi udara di Jakarta. Sudah seharusnya dilakukan langkah yang lebih besar sebagai solusi polusi ibu kota. Salah satu yang cukup banyak diusulkan adalah penggunaan sepeda listrik. Mengingat salah satu penyebab terbesar polusi udara di Jakarta adalah tingginya pemakaian kendaraan bermotor, maka sepeda listrik dianggap mampu menjadi alternatif kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Namun, apakah benar sepeda listrik dapat menjadi solusi polusi yang cukup efektif dan efisien di Jakarta?

1. Buruknya kualitas udara di Jakarta

Beberapa bulan terakhir ini, polusi udara di Jakarta cukup buruk. Pada tanggal 24 Agustus 2019 lalu, misalnya, Jakarta menempati posisi ketiga dalam daftar kota paling berpolusi di dunia setelah Delhi di India dan Lahore di Pakistan. Data ini diambil dari daftar yang dikeluarkan AirVisual. Hal ini tidak mengejutkan karena nilai Air Quality Index (AQI) Jakarta pada hari tersebut mencapai angka 156, dan termasuk dalam kategori tidak sehat. Sebagai informasi, AQI adalah indeks yang dipakai AirVisual untuk menunjukkan tingkat polusi udara di suatu daerah. Dalam pengukurannya, AQI mendasarkannya pada enam jenis polutan utama, yaitu karbon monoksida, PM 10, PM 2,5, nitrogen dioksida, asam belerang, dan ozon permukaan tanah.

Tentunya warga Jakarta berharap agar tingkat AQI bisa menurun. Sayangnya, sampai artikel ini ditulis (3/10), data dari AirVisual menunjukkan bahwa AQI Jakarta justru meningkat ke angka 164. Mungkin saat ini memang Anda dan warga Jakarta lain masih merasa baik-baik saja dan masih bisa melakukan berbagai aktivitas seperti biasa. Namun, apabila hal tersebut tidak mendapat perhatian khusus, risiko kematian sangat mungkin terjadi. Apalagi jika merujuk pada statistik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa polusi udara menyebabkan tujuh juta kematian di dunia setiap tahunnya.

2. Penyebab buruknya polusi udara di Jakarta

Buruknya kualitas udara di Jakarta tentu tidak terjadi begitu saja. Dilansir dari Detik.com, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, Ahmad Safrudin, mengatakan bahwa salah satu faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta adalah asap kendaraan bermotor. Asap kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor, menyumbang sekitar 47% partikel debu 10 mikron. Lebih lanjut, Safrudin menjelaskan bahwa sebanyak 90% hidrokarbon berasal dari kendaraan bermotor. Begitu juga dengan 72% sulfur dioksida dan 83% nitrogen dioksida. Hal ini bisa terjadi mengingat kendaraan bermotor umumnya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebagai bahan pembakaran utama untuk menggerakan kendaraan bermotor. Nah, proses pembakaran BBM ini menghasilkan emisi gas buang yang mengandung hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO) yang efeknya cukup buruk terhadap udara.

3. Sepeda listrik sebagai solusi polusi

Mengingat bahwa kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor terbesar terjadinya polusi udara di Jakarta, masuk akal rasanya jika penanganan polusi diawali dari kendaraan bermotor. Salah satu caranya adalah dengan beralih dari kendaraan mesin konvensional ke kendaraan bertenaga listrik. Mobil listrik dapat menjadi alternatif yang baik, terutama sebagai permulaan. Selain itu juga bisa dengan sepeda listrik. Pada dasarnya, sepeda listrik adalah perpaduan sepeda konvensional dan motor yang digerakkan dengan sebuah baterai. Anda bisa mengisi daya baterai tersebut dengan cara men-charge-nya, layaknya sedang mengisi daya baterai ponsel. Jadi, tidak seperti sepeda motor, penggunaan sepeda listrik dapat membantu mengurangi emisi karbon di bumi.

Tak hanya itu saja, sepeda listrik juga menawarkan sejumlah kelebihan lain. Salah satunya adalah adanya dua pilihan tenaga, Anda bisa menggunakan sepeda dengan memanfaatkan tenaga listrik atau dikayuh biasa. Jika sedang merasa lelah, Anda bisa menggunakan tenaga listrik. Umumnya, dalam satu kali pengisian daya baterai, sepeda listrik bisa menempuh jarak hingga 40-50 km. Sedangkan, kecepatan yang bisa dijalankan sepeda listrik biasanya mencapai 30-40 km saja. Karena hal ini, Anda pun tidak akan dikenai pajak atau wajib memiliki surat izin. Sepeda listrik sangat cocok digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau kegiatan rutin dengan jarak dekat.

4. Jakarta sudah menerapkannya dengan Migo

Penerapan sepeda listrik sebagai salah satu solusi polusi ternyata sudah mulai dilakukan di Jakarta sejak Desember 2018 lalu. Muncul penyedia layanan transportasi sepeda listrik berbasis online yang dinamakan Migo. Mirip seperti penyedia ojek online lain, Anda yang ingin menggunakan Migo juga bisa memesannya melalui aplikasi khusus. Nantinya, Anda akan diminta untuk mengisi nama, foto, dan nomor identitas untuk mendaftarkan diri.

Proses verifikasi data diri biasanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Anda baru bisa menggunakan Migo setelah proses verifikasi selesai. Namun, untuk sementara ini, Anda yang ingin menggunakan Migo harus mendatangi stasiun yang sudah ditentukan terlebih dulu. Di stasiun, Anda dapat mengambil sepeda listrik yang akan dipakai. Caranya dengan memindai kode QR yang tersedia di badan sepeda.

Biaya yang perlu disiapkan juga sangat terjangkau. Untuk pemakaian sepeda listrik selama tiga puluh menit, Anda hanya perlu mengeluarkan bujet sebesar kurang lebih Rp3.000. Sayangnya, kehadiran Migo sempat menuai pro dan kontra. Dinas Perhubungan DKI Jakarta tidak menyetujui penggunaan Migo di jalan raya karena tidak memiliki nomor kendaraan dan kecepatannya bisa melebihi 25 km/jam.

5. Bisa pertimbangkan sepeda listrik karya mahasiswa ITS

Migo bukan satu-satunya produsen sepeda listrik yang bisa membantu mengurangi polusi di Jakarta. Hadir pula sepeda listrik buatan anak negeri, yaitu Mecha-Electric Bike (MEL-BIKE), yang dibuat oleh tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Misbachul Falach angkatan 2016, Muhammad Rizqi Mubarok (angkatan 2016), dan Pramitha Yuniar (angkatan 2017). MEL-BIKE merupakan sepeda hybrid alias bisa dijalankan dengan dua sistem. Jadi, sepeda tersebut bisa berfungsi sebagai sepeda mekanik yang dikayuh dan sepeda elektrik (motor). Kedua fungsi ini dapat dijalankan melalui perantara switching (saling bergantian).

Menariknya, kayuhan sepeda bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dan menghasilkan daya baterai. Alhasil, ada energi daur ulang yang dimanfaatkan. Lalu, jika Anda merasa letih, Anda bisa langsung ganti menggunakan fitur motor listrik dengan cara di-switch. MEL-BIKE mampu membawa penumpang dengan bobot maksimal 60 kg dan dapat melaju dengan kecepatan 30 km per jam.

Bernapas dengan nyaman merupakan salah satu hak asasi manusia. Sayangnya, hak warga Jakarta satu ini terancam terganggu karena adanya polusi udara yang kian memburuk. Selain melakukan cara-cara untuk melindungi diri, sudah saatnya kita semua memikirkan solusi tepat untuk mengatasi polusi udara. Mengingat besarnya efek asap kendaraan bermotor terhadap polusi udara, beralih menggunakan sepeda listrik bisa menjadi salah satu solusi yang lebih ramah lingkungan.

Written by Biru Cahya Imanda | 11 Oct 2019