Resmi! Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Kini Ada di Indonesia

Tahun 2019, disebutkan bahwa ada beberapa daerah di Indonesia yang siap membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), yakni Surabaya, Bekasi, Solo, dan DKI Jakarta. Dua tahun berlalu, Surabaya menjadi kota pertama yang resmi membuat Indonesia memiliki PLTSa. Bila berkaca dari Denmark yang mengubah 54% sampah menjadi energi listrik, peresmian PLTSa pertama di Indonesia ini merupakan pertanda baik dan komitmen penting dalam mengolah sampah yang tidak berguna menjadi hal yang bermanfaat seperti listrik.

1. Kondisi TPA Benowo dengan Sampah Menggunung

Sudah lama TPA Benowo, Surabaya menjadi sumber bau tidak sedap yang mengganggu aktivitas warga sekitar. Sekitar 2,9 juta penduduk Surabaya menghasilkan 2.800 ton sampah per hari pada 2017-2018. Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah ini dimulai sejak tahun 2012 demi menyulap tumpukan sampah yang menggunung di TPA Benowo menjadi produksi energi terbarukan yang siap digunakan. Sampah diubah menjadi sumber gas metana, bahan baku utama listrik, lewat sistem landfill gas collection. Kota Surabaya membuka harapan besar bagi Indonesia dalam mencapai cita-cita pemerintah mengurangi sampah hingga 30% pada 2025.

2. Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Pertama di indonesia

Presiden Jokowi meresmikan instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) pertama di Indonesia pada tanggal 6 Mei 2021 lalu. Kota Surabaya yang menjadi kota pertama yang berhasil mengoperasikan PLTSa Gasifikasi Benowo menghabiskan total investasi sebesar USD 54,2 juta atau Rp704,4 miliar. Adapun per harinya, jumlah sampah yang mampu diolah PLTSa Gasifikasi ini adalah 1.000 ton. Ini merupakan kabar baik bagi Indonesia yang memiliki jumlah timbunan sampah sangat besar, mencapai 67,8 juta ton di tahun 2020 lalu.

3. Besar Listrik yang Dihasilkan

Per harinya, TPA Benowo mengolah sebanyak 1.300–1.500 ton sampah yang menghasilkan listrik sebesar 2 megawatt per hari dengan sistem landfill gas collection. Kesuksesan sistem landfill gas collection dalam menghasilkan listrik tidak lantas menjadi akhir dari pengolahan sampah menghasilkan listrik. Kini, TPA Benowo bersiap menerapkan sistem gasifikasi sebagai upaya memperoleh pasokan listrik yang lebih besar dari pengolahan sampah. Diperkirakan, besaran listrik yang bisa dihasilkan menggunakan sistem gasifikasi mencapai 9 megawatt per hari, membuat instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan ini berinovasi menuju 11 megawatt per hari. Pengembangan infrastruktur berupa Gasifikasi Power Plant sendiri ditarget selesai akhir tahun 2021 ini.

4. Alur Proses Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Proses pembangkit listrik tenaga sampah di TPA Benowo menggunakan sistem landfill gas collection terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

  • Sampah diambil dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) oleh truk DKRTH (Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau).
    Truk kemudian masuk ke TPA Benowo lewat jembatan timbang untuk dilakukan proses penimbangan sampah.
  • Sampah kemudian diatur, ditata, dikumpulkan, dan ditumpuk secara teratur untuk selanjutnya dipadatkan.
  • Usai dipadatkan, sampah akan dibiarkan hingga satu bulan setelah sebelumnya ditutup menggunakan tanah dan membran untuk memperoleh gas metana.
  • Kemudian, gas metana yang dihasilkan akan dikirimkan lewat pipa-pipa menuju mesin penghasil listrik.
  • Listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan ke jaringan PLN lewat travo.
  • Oleh PLN, listrik yang dihasilkan tersebut didistribusikan kepada pelanggan.

Sementara itu, gasifikasi merupakan sebuah proses perubahan bahan bakar padat menjadi gas. Pada prinsipnya, teknologi pengolahan sampah menjadi energi listrik sangat sederhana, yakni:

  • Untuk menghasilkan panas, sampah dibakar (proses konversi thermal).
  • Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran kemudian dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap.
  • Uap yang bertekanan tinggi dipakai dalam memutar bilah turbin yang dihubungkan ke generator menggunakan bantuan poros.
  • Generator kemudian menghasilkan listrik yang dialirkan ke warga atau pelanggan.

Adapun sejumlah keunggulan dari teknologi gasifikasi adalah:

  • Bisa menghasilkan produk gas konsisten yang digunakan sebagai pembangkit listrik.
  • Ada banyak bahan bakar yang mampu diproses menggunakan teknologi gasifikasi, yakni berbagai macam sampah kota hingga minyak mentah berat dan biomassa.
  • Sangat efektif dalam mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.
  • Memiliki manfaat yang sangat besar dalam mengurangi jumlah sampah padat.
  • Lebih ramah lingkungan karena gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioksin yang diketahui berbahaya.

Dengan peresmian pembangkit listrik tenaga sampah yang kini ada Indonesia, harapan untuk pengurangan sampah kini bukan lagi sekadar impian. Pastikan Anda berkontribusi positif terhadap kondisi Bumi saat ini dengan memanfaat energi ramah lingkungan dan mengurangi sampah rumah tangga secara maksimal, caranya dengan memakai panel surya atap dari SolarKita. Semoga bermanfaat!

Written by Heldania Ultri Lubis | 05 Feb 2024