Peran Milenial dalam Membantu Pengembangan Energi Baru Terbarukan

Kebutuhan listrik semakin hari kian meningkat seiring waktu. Dimana di era saat ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat juga menyebabkan peningkatan permintaan energi listrik yang semakin besar pula. Saat ini, energi listrik merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh semua orang. Kebutuhan akan energi listrik tidak akan pernah habis, termasuk dalam hal penggunaan energi untuk keperluan rumah tangga. Meningkatnya penggunaan energi listrik untuk kepertuan barang-barang elektronik ini pun juga berdampak pada kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan listrik itu sendiri.

Hal ini tentu akan menyebabkan tagihan listrik untuk pemenuhan kebutuhan listrik dalam rumah tangga yang bersumber dari PLN juga akan meningkat. Hal ini tentu akan berdampak secara jangka panjang pada pengeluaran yang Anda butuhkan hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi listrik yang bersumber pada listrik PLN adalah timbulnya jejak emisi karbon. Emisi karbon sendiri merupakan salah satu penyebab perubahan iklim yang ada di dunia. Dalam hal ini, proses untuk mendapatkan energi listrik konvensional hari ini juga akan berdampak pada lingkungan hidup, kesehatan manusia, hingga menciptakan ketidak stabilan ekonomi.

Pada saat ini, konsumsi energi di industri, transportasi, rumah tangga, dan sektor komersial masih didominasi oleh energi berbasis fosil. Indonesia sendiri memiliki ketergantungan yang tergolong sangat tinggi terhadap energi fosil yang merupakan tantangan dalam mempertahankan ketahanan energi nasional. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana, menyatakan bahwa generasi milenial, termasuk mahasiswa, dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan memulai bisnis Energi Baru dan Terbarukan serta upaya dalam melakukan aksi hemat energi.

Melihat potensi yang ada, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan, namun saat ini belum digunakan secara optimal. Salah satu Energi Baru dan Terbarukan yang sedang gencar dikembangkan saat ini adalah hidro, panas bumi, dan energi matahari melalui pembangkit listrik tenaga surya. Selain itu, upaya ini adalah untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan mencatat bahwa penurunan emisi gas rumah kaca sudah sesuai dengan target.

Dimana Target hingga tahun 2030 adalah kontribusi sebesar 314 juta ton per tahun. Dimana dalam hal ini, capaian sampai tahun 2020 adalah 63 juta ton CO2 ekuivalen dari target 58 juta ton. Target ini dicapai melalui kolaborasi program pemerintah untuk mempromosikan pemanfaatan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi serta dengan dukungan dari penggiat lingkungan.

Dalam melihat potensi ini, tentu peran kaum milenial serta mahasiswa dapat turut serta dan membantu dalam upaya pengembangan Energi Baru dan Terbarukan yang sedang dalam tahap akselerasi oleh pemerintah. Para mahasiswa dapat memulai bisnis skala kecil, membantu sosialisasi pentingnya penggunaan Energi Baru dan Terbarukan, dan melakukan aksi hemat energi. Generasi milenial saat ini memegang peran penting dalam mempercepat transisi energi menuju sumber energi terbarukan. Ini karena mereka merupakan generasi yang memiliki pemikiran dan sikap progresif terhadap lingkungan dan menyadari betapa pentingnya energi bersih untuk masa depan.

Kontribusi utama dari milenial dalam mempercepat transisi energi adalah melalui partisipasi aktif dalam kampanye dan gerakan berkaitan dengan energi terbarukan. Mereka memahami bahwa perubahan harus dimulai dari diri mereka sendiri, sehingga mereka memilih untuk memakai energi terbarukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti menggunakan penerangan LED, memasang panel surya di rumah, atau membeli produk yang memiliki label bahan baku berkelanjutan.

Selain itu, generasi milenial juga memainkan peran penting dalam penyebarluasan informasi dan kesadaran tentang Energi Baru Terbarukan. Mereka menggunakan media sosial dan jejaring online untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan memperingatkan dampak negatif dari sumber energi yang tidak bersih. Ini memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat, karena mereka dapat mempelajari dan memahami topik ini dengan mudah melalui media yang mereka gunakan setiap hari.

Generasi milenial juga memainkan peran aktif dalam menciptakan inovasi energi terbarukan. Mereka memiliki minat dan bakat dalam bidang teknologi, sehingga mereka mampu menciptakan solusi dan produk yang membantu mempercepat transisi energi. Inovasi ini dapat berupa pengembangan teknologi panel surya yang lebih efisien, pengembangan sistem penyimpanan energi baru, atau bahkan pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga angin yang lebih efisien.

Kontribusi generasi milenial tidak hanya dalam bidang teknologi, tetapi juga dalam membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan Energi Baru Terbarukan. Mereka memainkan peran sebagai pendamping bagi masyarakat, membantu mereka memahami dan menggunakan energi terbarukan dengan benar. Ini dapat berupa memberikan sosialisasi tentang pentingnya energi terbarukan, membantu memasang panel surya, atau bahkan membantu membuat biogas dari limbah rumah tangga.

Dalam sebuah kesempatan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah bekerja sama dengan Bakohumas mengadakan sebuah Forum Tematik Bakohumas yang bertema "Energi Terbarukan Sekarang dan Masa Depan". Acara ini diselenggarakan bersama Kepala Sub Direktorat Kemitraan Komunikasi Publik dan sekitar 70 orang Humas. Dimana dalam acara tersebut turut hadir seorang influencer muda, Yudhistira Udd Sondakh (28), yang bertindak sebagai narasumber.

Salman Akira Togi, Kepala Subbagian Pelayanan Publik dari Kementerian ESDM, yang mewakili Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, Agung Pribadi, menyampaikan bahwa saat ini pemanfaatan sumber daya energi masih didominasi oleh energi fosil seperti minyak bumi, gas alam, mineral, dan batu bara. Kementerian ESDM memprediksikan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia akan habis pada tahun 2030.

Dalam mengatasi hal tersebut, Kementerian ESDM telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan dan mempercepat transisi energi. Beberapa program yang dilakukan meliputi Program Mandatori B30, pembagian lebih dari 300.000 Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk masyarakat di daerah pedalaman, pembangunan lebih dari 26.000 Penerangan Jalan Umum dengan Tenaga Surya, penerbitan Peraturan Menteri ESDM tentang PLTS Atap, dan penyusunan Road Map Energi Baru Terbarukan.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Subbagian Pelayanan Publik dari Kementerian ESDM menghimbau Humas K/L untuk bekerja sama dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai peran pemerintah melalui Kementerian ESDM dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti penerangan, dengan memanfaatkan media sosial sebagai salah satu kanal komunikasi yang tepat untuk memperkenalkan Energi Baru Terbarukan buatan Indonesia.
Dalam hal ini, Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh generasi milenial sebagai bagian dari kontribusinya untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konvercasi Energi antara lain:

  1. Berpartisipasi dan memberikan sumbangan pada pengembangan Energi Baru Terbarukan,
  2. Melakukan sensitisasi terkait pentingnya penggunaan Energi Baru Terbarukan untuk memperkuat ketahanan energi;
  3. Menciptakan inovasi baru dalam bidang Energi Baru Terbarukan yang bisa langsung digunakan oleh masyarakat;
  4. Mengubah limbah rumah tangga menjadi bermanfaat dengan membuat biogas, pelet atau briket biomassa;
  5. Memanfaatkan potensi tumbuhan setempat sebagai bahan bakar, seperti membuat bioethanol dari tanaman aren dan sagu;
  6. Memberikan bantuan kepada masyarakat dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan;
  7. Melakukan perilaku hemat energi, yang bisa dimulai dengan 3M, yaitu mematikan lampu dan peralatan listrik lain saat tidak digunakan, memutuskan sambungan listrik saat peralatan sudah dimatikan serta mengatur suhu AC agar tetap pada 25’C dan memilih alat yang memiliki label hemat energi.

Written by Heldania Ultri Lubis | 19 Mar 2024