- Our Contribution:
- CO2 Avoided Kg =
Negara Asia dengan Pertumbuhan Penggunaan Solar Panel Paling Pesat
Perkembangan pemanfaatan energi terbarukan semakin mengalami peningkatan hampir di seluruh dunia. Diawali dengan penggunaan tenaga air sebagai pembangkit listrik, kini Anda bisa menggunakan energi terbarukan berupa solar panel yang memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber energi listrik ramah lingkungan. Hal tersebut tidak terlepas dari banyak faktor yang mendukung ketertarikan masyarakat dunia dalam menggunakan energi terbarukan. Apabila ditinjau dari segi ekonomi, penggunaan energi terbarukan memiliki harga yang tidak jauh berbeda dari energi fosil. Pengamatan yang dilakukan oleh US Energy Outlook mencatat bahwa harga bahan bakar berupa batu bara berada di kisaran USD0.095-$0.150/kWh, sementara untuk penggunaan tenaga matahari dengan solar panel, biaya yang dibutuhkan hanya sebesar USD 0.125/kWh.
Di sisi lain, tenaga matahari yang dimanfaatkan dalam penggunaan solar panel juga jauh lebih ramah lingkungan. Dengan begitu, setiap negara yang memanfaatkan solar panel turut mendukung persetujuan Sustainable Development Goals (SDGs) dan Paris Agreement di tahun 2015 silam untuk mengembangkan energi terbarukan di seluruh dunia. Tidak mengherankan jika penggunaan solar panel di wilayah Asia juga bertumbuh kian pesat setiap tahunnya. Berikut adalah lima negara Asia dengan pertumbuhan penggunaan Solar Panel tercepat:
1. Tiongkok
Dihuni lebih dari 1,3 miliar penduduk membuat konsumsi energi listrik di Tiongkok menduduki puncak tertinggi di dunia. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, pemerintah setempat mengupayakan produksi energi terbarukan sebesar-besarnya. Tercatat pada tahun 2010 silam, Tiongkok untuk kali pertama membangun sistem pembangkit listrik tenaga surya dengan menggunakan solar panel di Provinsi Dunguang dengan kapasitas mencapai 100 Megawatt. Pembangunan energi terbarukan di Tiongkok terus berlanjut hingga saat ini. Bahkan, Anda bisa menemukan taman solar panel terapung yang paling besar di dunia, tepatnya di bekas kawasan tambang batu bara di Kota Huainan.
Pusat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tersebut berdiri di atas lahan terapung seluas 800.000 meter persegi dan mampu menghasilkan energi listrik ramah lingkungan sebesar 3,2 miliar kilowatt per jam.Tidak berhenti hanya sampai di situ, negeri tirai bambu ini juga tercatat memiliki kapasitas tenaga surya sebesar 43 GW dan menjadikan Tiongkok sebagai negara di Asia dengan pertumbuhan penggunaan solar panel paling pesat. Namun demikian, masih ada negara-negara lain di benua Asia yang juga berupaya memaksimalkan penggunaan solar panel untuk mendapatkan energi listrik ramah lingkungan.
2. India
Berada di peringkat ke-2, India tercatat sebagai salah satu negara di Asia dengan pertumbuhan penggunaan solar panel terbesar. Diketahui ada sebesar 19,11 persen dari total keseluruhan energi listrik yang dikonsumsi masyarakat India berasal dari energi terbarukan, termasuk listrik tenaga surya. Bahkan, India saat ini sudah memiliki PLTS bertenaga 648 Megawatt yang mengalahkan PLTS milik Amerika Serikat dengan daya listrik sebesar 550 Megawatt. PLTS terbesar di India tersebut bisa Anda temukan di kawasan Kamuthi, Tamil Nadu. Mulai beroperasi sejak tahun 2015 yang lalu, PLTS Kamuthi ini mampu mengalirkan energi listrik untuk lebih dari 150 ribu rumah tangga yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.
Diketahui ada sebanyak 2,5 juta solar panel yang digunakan pada PLTS Kamuthi dengan dana pembangunan yang menghabiskan anggaran pemerintah hingga USD 679 juta. Pemanfaatan energi listrik terbarukan ini juga menjadi salah satu upaya dari India untuk mencegah pencemaran udara. Mengingat ada lebih dari 1,2 miliar penduduk yang tinggal di India, maka penggunaan solar panel sebagai penghasil energi listrik terbarukan dan ramah lingkungan mampu memberi dampak positif bagi kehidupan miliaran masyarakat di negara berkembang tersebut.
3. Jepang
Tidak mau kalah dari Tiongkok, pemerintah Jepang juga terus berupaya memaksimalkan penggunaan energi terbarukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Diketahui negeri Sakura ini juga mengalihkan fungsi permukaan air yang semula dipakai untuk budidaya ikan, menjadi ladang solar panel terapung. PLTS terapung di Jepang ini mampu memberi suplai aliran listrik sebesar 3.300 MWh per tahun untuk lebih dari 900 rumah tangga.
Jika berkesempatan berlibur ke Jepang, Anda bisa menyempatkan waktu untuk mengunjungi kawasan PLTS yang memiliki modul solar panel seluas 180.000 meter persegi ini di Kota Kobe, Kepulauan Honshu. Yang lebih menarik lagi, selain menghemat penggunaan lahan tanah, solar panel terapung di Jepang ini juga diklaim dapat menahan angin topan dan memperlambat pertumbuhan alga sehingga tidak berpengaruh pada kualitas air yang dikonsumsi masyarakat setempat.
4. Thailand
Posisi selanjutnya diduduki oleh Thailand sebagai negara Asia dengan pertumbuhan penggunaan solar panel paling pesat. Tercatat ada sekitar 1,1 juta panel solar yang sudah terpasang di Thailand pada tahun 2014 lalu. PLTS yang berpusat di wilayah timur laut ibu kota Bangkok ini mampu menghasilkan 354 juta kWh energi listrik ramah lingkungan setiap tahunnya. Dengan jumlah tersebut, setidaknya pemerintah Thailand bisa memberi aliran energi listrik tenaga matahari untuk lebih dari 290 ribu rumah tangga. Menariknya, untuk mendorong penggunaan solar panel di kalangan masyarakat setempat, pihak pemerintah pun telah mempromosikan kebijakan baru terkait energi terbarukan. Dalam hal ini, pemerintah memberikan insentif untuk pembebasan biaya cukai untuk impor komponen solar panel dan pembebasan pajak penghasilan selama delapan tahun untuk penggunaan solar panel. Dengan program tersebut, pemerintah Thailand berharap dapat mengurangi penggunaan listrik negara dari bahan bakar batu bara hingga 20,3 persen di tahun 2022 mendatang.
5. Filipina
Pada dasarnya, industri solar panel di Filipina sudah berkembang sejak akhir tahun 1980-an silam. Namun, saat itu hanya sedikit masyarakat pedesaan yang memanfaatkannya sebagai pembangkit listrik di kawasan pemukiman mereka yang belum tersentuh energi listrik dari pemerintah setempat. Tercatat masing-masing rumah di wilayah tersebut sudah mampu menghasilkan energi listrik berkapasitas 30 Watt dari pemasangan satu modul solar panel.
Baru di tahun 2016, pemerintah Filipina menyelesaikan PLTS di Tarlac dengan kapasitas listrik sebesar 50 Megawatt. Pertumbuhan penggunaan solar panel terus meningkat hingga mencapai 800 MW di bulan Maret 2017. Tidak tanggung-tanggung, untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, ditetapkan pemberian tax holiday selama tujuh tahun pertama penggunaan solar panel, baik untuk sektor rumah tangga maupun industri.
Perlu diketahui, Indonesia juga sudah sejak lama memanfaatkan energi surya untuk pembangkit listrik meski dengan cara pengelolaan yang sangat sederhana. Mengingat potensi Indonesia sebagai negara khatulistiwa yang mampu mendapatkan sinar matahari dalam jumlah besar, tidak mengherankan jika dalam hitungan matematis dapat menghasilkan energi surya sebesar 112.000 GWp yang sayangnya saat ini baru dimanfaatkan sebesar 94,42 MWp sepanjang tahun 2018 kemarin.
Padahal, pencemaran polusi udara akibat penggunaan energi listrik berbahan bakar energi fosil akan semakin meningkat dan berdampak buruk pada ekosistem Indonesia. Untuk itu, diharapkan masyarakat mulai sadar dan beralih pada penggunaan solar panel untuk mendapatkan suplai listrik energi terbarukan yang ramah untuk lingkungan kita.
Written by Inas Twinda Puspita | 16 Feb 2019