Mengenal Penyebab Pemanasan Global Yang Terjadi di Indonesia

Fenomena pemanasan global merupakan kejadian yang terjadi akibat perubahan iklim secara drastis karena meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer, laut, serta daratan. Kondisi ini tentu akan berakibat pada lapisan ozon yang ada di bumi menjadi semakin menipis. Menipisnya lapizan ozon yang menyelimuti bumi inilah yang kemudian berpengaruh pada perubahan cuaca, udara, serta sumber air yang merupakan sumber kebutuhan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia.

Hal yang dapat dirasakan secara langsung dari pemanasan global adalah meningkatnya suhu yang ada di bumi. Fenomena ini tentu akan berakibat pada semakin panasnya cuaca yang terjadi di bumi. Perubahan cuaca secara mendadak juga merupakan dampak langsung yang muncul akibat dari pemanasan global yang terjadi. Tak hanya itu, pemanasan global juga dapat meningkatkan masalah risiko kesehatan. Seperti penyakit alergi, infeksi saluran pernapasan yang akut, serta wabah penyakit yang menular.

Mengutip artikel yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa penyebab utama dari pemanasan global adalah efek rumah kaca yang terjadi di bumi. Kondisi ini tentu tidak terjadi secara alami, akan tetapi terjadi akibat aktivitas manusia yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi berbagai gas penyebab pemanasan global, terutama karbon dioksida (CO2).

Para ahli telah memperkirakan bahwa dampak pemanasan global ini dapat berpotensi melebihi perkiraan yang sebelumnya diyakini secara internasional. Dari temuan peneliti Badan Meteorologi Inggris, fenomena pemanasan global ini telah menyebabkan kemungkinan kenaikan rata-rata suhu tahunan bumi menjadi lebih dari 1,5 derajat Celsius selama lima tahun ke depan. Potensi ini tentu akan menyebabkan kenaikan suhu bumi semakin panas, yaitu sebesar 50 berbanding 50. Sementara itu, European Commission telah mencatat bahwa konsentrasi gas CO2 di atmosfer sampai pada tahun 2020 telah meningkat menjadi 48%, yang dapat diartikan bahwa suhu ini naik di atas rata-rata dibandingkan pada masa pra-industri sebelum tahun 1750.

Penyebab Pemanasan Global

Fenomena pemanasan global memang tidak berjalan secara alami. Pada dasarnya, efek rumah kaca sebagai penyebab utama pemanasan global dapat berfungsi menahan sebagian panas yang ada di atmosfer sehingga bumi menjadi hangat dan mengalami kenaikan suhu menjadi semakin panas. Selain itu, kejadian hujan lebat yang akan lebih sering terjadi akibat pemanasan global juga akan meningkatkan paparan terhadap penyakit yang ditularkan melalui air, termasuk yang terkait dengan kontaminasi limbah air minum.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Profesor Petteri Taalas dari WMO mengatakan bahwa selama penghuni bumi terus mengeluarkan gas efek rumah kaca, suhu bumi akan terus meningkat. Dampaknya, lautan akan terus mengalami kenaikan suhu sehingga menjadi lebih hangat dan lebih asam. Es laut dan gletser akan terus mencair, serta permukaan laut akan terus naik dan cuaca akan menjadi lebih ekstrem.

1. Emisi Kendaraan Bermotor

Pemanasan global yang ada di Indonesia salah satunya terjadi karena emisi kendaraan bermotor yang semakin hari semakin banyak terjadi. Hal ini karena polutan dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap peningkatan gas rumah kaca di atmosfer. Sebanyak 70 persen gas rumah kaca sebagai penyebab pemanasan global berasal dari pelaku industri.

Dari jumlah tersebut, 25 persen di antaranya berasal dari sektor transportasi. Penggunaan bahan bakar bensin yang digunakan oleh kendaraan bermotor tentu menyebabkan keluarnya gas karbondioksida yang semakin besar. Dimana hal ini dapat menangkap cahaya panas dan meningkatkan suhu bumi. Selain itu, setiap liter bahan bakar yang digunakan juga menyumbang sekitar dua kilogram karbon dioksida ke atmosfer.

2. Limbah Industri (H3)

Gas yang dihasilkan dari sebuah limbah industri dan rumah tangga merupakan penyebab pemanasan global terbesar setelah emisi kendaraan bermotor. Gas yang dihasilkan dari aktivitas industry ini juga dapat menjadi penyebab awal terjadinya pemanasan global. Dimana dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh pemerhati lingkungan yang ada dunia mengungkap bahwa pemanasan global dimulai pada masa revolusi industri pertama, yakni sekitar pertengahan abad ke-19.

Industri kertas dan plastik menjadi penyumbang limbah industri terbesar yang dapat memicu penyebab global warming. Sebagai gambaran, untuk memproduksi 30 juta produk plastik, dibutuhkan sekitar 12 juta barrel minyak. Sedangkan 1 barrel  sendiri berisi sekitar 159 liter (135 kilogram) minyak mentah yang berpotensi melepaskan emisi karbon sebesar 118 kilogram. Jika ditotal, produksi tiap ton plastik ini berhasul memproduksi sekitar 3 ton karbon dioksida (Co2).

3. Penggundulan Hutan

Penggundulan hutan atau beberapa orang menyebutnya dengan istilah deforestasi juga merupakan penyebab pemanasan global yang dapat menjadi pemicu meningkatnya suhu bumi. Melansir dari artikel yang diterbitkan theconversation.com, setiap tahun, aktivitas penggundulan hutan menyebabkan sekitar 5,2 miliar ton karbon dioksida yang tersimpan selama jutaan tahun di dalam hutan terlepas ke atmosfer.

Angka tersebut hampir mencapai 10 persen dari total emisi global selama 2009–2016. Padahal, menurut ilmuwan lingkungan dari University of Virginia di Charlottesville, Deborah Lawrence, keberadaan hutan, terutama hutan tropis, dapat membantu mendinginkan suhu global rata-rata lebih dari 1 derajat celsius.

4. Penggunaan Listrik

Penggunaan listrik yang digunakan sebagai sumber energi juga merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya pemanasan global. Hal ini karena sebagian besar listrik diproduksi menggunakan batu bara, gas alam serta minyak bumi. Hal ini juga dapat disebabkan karena dalam proses pembakaran batu bara pada pembangkit listrik di AS dapat menghasilkan kurang lebih 2 miliar ton emisi karbon dioksida per tahun. Bahkan, emisi karbon dioksida yang disumbang dari sektor tersebut disinyalir mencapai 40 persen.

Selain pembangkit tenaga listrik, pemborosan penggunaan alat elektronik dalam rumah tangga pun turut berkontribusi terhadap pemanasan global. Hal ini karena gas berfluorinasi yang dihasilkan dari alat elektronik yang kita gunakan sehari-hari memiliki efek pemanasan yang sangat kuat, yakni 23.000 lebih besar dari karbon dioksida. Dimana hal ini tentu akan menjadi penyebab bumi kita tercinta menjadi semakin tidak ramah untuk dihuni manusia.
Pemanasan global yang terjadi di bumi yang dihuni oleh manusia tentu sangat memberikan keresahan. Hal ini tentu bisa dikurangi salah satunya dengan menggunakan energi yang ramah lingkungan. Dengan menggunakan listrik yang berasal dari energi matahari, maka hal tersebut menjadi upaya yang sangat tepat agar bisa mengurangi efek dari global warming. Di Indonesia sendiri, potensi surya yang merupakan sumber daya utama tentu sangat berlimpah. Intensitas harian matari yang ada di Indonesia sendiri mencapai 4,8 kWh/m2. Hal ini berpotensi untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas 207,8 GWp.

Dengan pemanfaatan tenaga surya, hal ini tentu merupakan langkah yang sangat baik dalam mengurangi pemanasan global yang terjadi. Pemanfaatan energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan tentu memiliki banyak sekali manfaat, dimana salah satunya sumbernya yang tidak akan pernah habis. Hal ini tentu karena sumber energi fosil yang semakin hari semakin berkurang. Sedangkan sumber energi dari PLTS Atap yang berasal dari sumber energi matahari yang tidak akan habis dan dapat diperbaharui.

Written by Biru Cahya Imanda | 21 Mar 2024