Mengenal Lebih Jauh Industri Batu Bara di Indonesia

Dibekali kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki wilayah persebaran tambang batu bara yang ada di beberapa tempat. Khususnya di kepulauan Sunda Besar seperti Kalimantan dan Sumatera hingga Papua. Maka, tidak heran jika sejak zaman dahulu banyak pihak mengincar lokasi dan wilayah pertambangan tersebut untuk keperluan industri. Termasuk pula ketika Indonesia masih berada pada era kolonial. Yuk, belajar lebih jauh tentang industri batu bara di Indonesia.

1. Wilayah penghasil batu bara di Indonesia

Jika kita runut lebih jauh, ada beberapa wilayah di Indonesia yang menghasilkan industri batu bara cukup besar. Di antaranya adalah:

- Aceh Barat

Dahulu, Aceh Barat dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil sekaligus pemasok batu bara dunia. Lokasi ini tepatnya berada di Meulaboh. Namun, kini pertambangan batu bara di wilayah ini kabarnya akan ditutup meskipun terdapat potensi yang besar untuk dieksploitasi.

- Sumatera Barat

Sumatera Barat juga merupakan wilayah industri batu bara yang cukup besar di Indonesia, tepatnya di kawasan Sawahlunto yang sudah beroperasi sejak tahun 1868. Namun, di tahun 2016 lalu operasi tambang batu bara di sini sudah dihentikan. Tambang di Sawahlunto ini adalah industri batu bara yang paling tua di Indonesia. Selain itu, kualitas batu baranya pun sangat baik dan diakui oleh banyak pihak.

- Sumatera Selatan

Sementara itu di Sumatera Selatan, kawasan penghasil batu bara terbesar ada di wilayah Tanjung Enim, tepatnya berada di kawasan Bukit Asam. Konon per jamnya saja pertambangan tersebut dapat memproduksi 1.500 ton sampai 1.700 ton bahan baku industri batu bara. Pertambangan ini dapat berkembang pesat karena adanya kereta loader yang mampu menampung sekitar 2.000 sampai 2.800 kubik meter tiap jamnya.

- Papua

Di ujung timur Indonesia, tepatnya di Papua juga terdapat pertambangan batu bara. Kawasan Sorong, misalnya batu bara di sini dieksplorasi menggunakan teknik blending sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan PLTU.

- Kalimantan

Kalimantan tentu masuk dalam kawasan penghasil sekaligus industri batu bara terbesar di Indonesia. Lokasinya berada di Sangatta, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Tambang batu bara ini adalah milik Kaltim Prima Coal (KPC). Pertambangan batu bara ini berdiri di atas lahan seluas 84.938 hektar. Bahkan dilansir dari laman CNBC Indonesia, pertambangan ini memiliki pelabuhan sendiri untuk mengirimkan batu bara ke pasaran internasional.

2. Pemanfaatan batu bara untuk industri

Industri batu bara di Indonesia memegang peranan penting sebagai salah satu penopang perekonomian nasional. Pemanfaatannya pun dapat dirasakan dari sektor hulu hingga hilir. Di Indonesia, batu bara umumnya dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik hingga menjadi komoditas ekspor dengan nilai yang sangat besar.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hingga saat ini masih mendominasi dalam jumlah kapasitas pembangkit listrik di Indonesia. Data yang dilansir dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2016 lalu menyebutkan bahwa kapasitas pembangkit jenis ini mencapai angka 21 ribu Megawatt. Selain itu, konsumsi untuk kebutuhan konsumsi batu bara untuk PLTU ini pada kuartal pertama 2019 ini saja mencapai 23 juta ton sebagaimana dilansir dari laman Katadata. Tentu saja, potensi yang besar ini menjadi pasar tersendiri bagi industri batu bara di tanah air Mengingat masih besarnya permintaan untuk bahan bakar PLTU. Selama kebijakan mengenai energi terbarukan di Indonesia berjalan lambat, batu bara akan terus digunakan sebagai bahan bakar utama PLTU. Hal ini dikarenakan batu bara lebih murah dan mudah didapat sebagai bahan bakar. Selain itu, proses ekstraksinya pun relatif mudah.

4. Komoditas ekspor menjanjikan

Penggunaan batu bara untuk bahan bakar PLTU tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Negara lain pun juga menggunakan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik karena efisiensinya. Setidaknya melansir dari Indonesia Investments, ada 27 persen dari total output energi di dunia dan 39 persen listrik di berbagai negara dihasilkan oleh pembangkit berbahan bakar batu bara. Oleh karena itu, industri batu bara untuk pasar ekspor sangatlah menjanjikan. Indonesia memiliki batu bara kualitas menengah dan rendah yang memiliki harga jual kompetitif di pasaran. Faktor geografis juga mendukung Indonesia dalam hal industri batu bara ekspor.

Khususnya untuk negara-negara besar Asia seperti Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Faktor pendukung lainnya dari ekspor industri batu bara ini adalah membaiknya tren harga di pasaran. Seperti disebutkan oleh laman Kontan, harga batu bara kalori rendah, sekitar 4.000-4.200 kcal/kg, yang awalnya hanya US$ 30 per tonnya kini terus mengalami kenaikan hingga angka US$ 37 per ton. Tren naiknya harga ini karena adanya titik temu dari perang dagang Cina-Amerika dalam beberapa waktu belakangan. Hal ini juga membawa dampak positif pada pasar batu bara global. Asia menjadi pasar utama Indonesia dibandingkan Eropa dari tingkat konsumsi. Ini juga yang membuat industri batu bara sebagai salah satu sektor menjanjikan di Indonesia hingga kini.

5. Membawa dampak bagi masyarakat

Meski industri batu bara merupakan sektor industri yang menggiurkan, namun disisi lain juga membawa dampak negatif yang tidak kalah merugikannya. Film dokumenter berjudul ‘Sexy Killer’ yang rilis pada 5 April 2019 lalu setidaknya telah membuka mata jutaan masyarakat Indonesia akan bahaya besar dari industri batu bara ini. Dalam film tersebut, diceritakan bagaimana industri batu bara dari hulu ke hilir membawa dampak bagi masyarakat baik dari lingkungan, sosial, hingga ekonomi. Greenpeace International sebagaimana dikutip oleh Mongabay menyebutkan ada sekitar 60 ribu orang Indonesia meninggal setiap tahun karena industri batu bara. Ini dikarenakan adanya pencemaran udara batu bara, baik itu untuk pembangkit listrik yang pada akhirnya menyebabkan penyakit kanker paru, stroke, dan masalah pernapasan.

Sementara itu, dari segi lingkungan, industri batu bara membawa dampak yang jelas terlihat bagi masyarakat. Pada film ‘Sexy Killer’, kita dapat melihat kerusakan lingkungan akibat tambang batu bara adalah langkanya pasokan air bersih, lumpur yang tercemar di sawah penduduk, hingga debu berbahaya dari pengangkutan batu bara. Lebih lanjut, dampak ini bisa berimbas pada perekonomian masyarakat sekitar yang mengandalkan sektor pertanian. Mirisnya lagi, negara kita tidak memiliki aturan khusus yang menangani pencemaran udara dan industri tambang dengan baik. Adanya bekas galian tambang yang tidak ditutup oleh perusahaan di sisi lain menyebabkan ancaman lain. Masih dari ‘Sexy Killer’, kita bisa melihat ada 32 orang yang kebanyakan anak-anak meninggal karena tenggelam di bekas lubang yang tak diberi pembatas. Industri batu bara juga menyebabkan amblesnya tanah di lokasi dekat pertambangan.

6. Langkah konkret yang harus dilakukan

Industri batu bara di Indonesia ibarat dua sisi mata pisau. Oleh karena itulah perlu ada langkah konkret dari pemerintah maupun stakeholder untuk mengatasi permasalahan yang ada. Pertama, dengan membuat peraturan yang tegas mengenai industri batu bara kepada perusahaan. Kedua, dengan mempercepat penerapan energi terbarukan. Hal ini harus dilakukan secara menyeluruh hingga tahap edukasi masyarakat.

Meskipun hal di tersebut tidak bisa dilakukan dengan waktu singkat, ini perlu diawali dari hal kecil sekalipun. Misalnya dengan menggunakan energi terbarukan panel surya untuk menghasilkan energi listrik bagi masyarakat. Inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian serius dari semua elemen agar tercipta lingkungan yang baik dan pasokan energi yang sehat. Selain itu juga untuk mengurangi ketergantungan pada industri batu bara sebagai pemasok bahan baku pembangkit listrik.

Written by Irfantoni Listiyawan | 14 May 2019