Mengenal Daylight Savings dan Mengapa Diterapkan di Banyak Negara

Bagi kita yang tinggal di negara tropis, mungkin masih awam dengan istilah daylight savings time. Sistem pengaturan jam ini lebih banyak digunakan di negara-negara yang memiliki empat musim seperti di benua Amerika dan Eropa. Jadi, negara seperti Indonesia belum pernah menerapkan daylight savings time. Ingin tahu lebih lanjut soal apa itu daylight savings? Mari simak penjelasannya berikut ini.

1. Apa Itu Daylight Savings Time?

Daylight Savings Time atau DST adalah sebuah sistem memajukan jam (biasanya satu jam) selama bulan-bulan yang bercuaca hangat agar malam hari jatuh di waktu yang lebih lambat. Singkatnya, sistem ini ditujukan untuk “menyimpan cahaya siang hari” di musim panas. Penerapan daylight savings time di musim semi atau musim panas dilakukan dengan memajukan waktu resmi satu jam lebih awal dari zona waktu standar. Hal ini biasa disebut spring forward.

Sebaliknya, saat musim gugur dan musim dingin tiba, waktu resmi akan dimundurkan satu jam dari zona waktu standar. Hal ini disebut fall back. Oleh karena itu, satu hari akan terhitung 23 jam dari akhir musim dingin sampai awal musim semi dan terhitung 25 jam selama musim gugur.

2. Sejarah Dibalik Daylight Savings Time

Benjamin Franklin menjadi tokoh yang pertama kali mencetuskan ide daylight savings time atau DST. Pada tahun 1784, Franklin mencetuskan ide ini di The Journal of Paris sebagai cara menghemat pemakaian lilin dengan memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber penerangan. Sejak saat itu, beberapa tokoh seperti George Hudson di tahun 1895 dan William Willet di tahun 1905 ikut mendukung ide dari Franklin tersebut.

Setelah pertama kali dicetuskan pada tahun 1784, daylight savings time pertama kali diterapkan secara resmi di tahun 1916 oleh Jerman dan negara sekutunya seperti Austria-Hungaria. Saat itu, DST diterapkan guna menghemat batu bara selama perang. Upaya ini akhirnya diikuti oleh Inggris beberapa bulan kemudian. Amerika Serikat pun mulai mengikuti sistem ini di tahun 1918. Pada akhirnya, sistem daylight savings time semakin luas diadopsi di Amerika dan Eropa saat terjadinya krisis energi di era tahun 1970-an.

3. Kelebihan dan Kekurangan Daylight Savings Time

Tentunya kelebihan dari daylight savings time adalah waktu malam yang lebih panjang. Pendukung sistem DST berpendapat bahwa waktu malam yang panjang akan memotivasi orang untuk keluar rumah. Satu jam ekstra di siang hari bisa digunakan untuk berbagai aktivitas seperti olahraga sehingga menangkal gaya hidup modern yang tidak banyak bergerak.

Sayangnya, sistem ini tidak bisa diterapkan di negara-negara yang hanya memiliki dua musim. Ditambah lagi di zaman sekarang manusia bergantung pada banyak elektronik untuk kehidupan sehari-hari, sehingga penghematan energi saat daylight savings time menjadi kurang efektif.

- Menghemat Listrik

Kelebihan paling utama dari sistem daylight savings adalah mengurangi pemakaian listrik sebab masyarakat diharapkan menggunakan cahaya matahari sebagai sumber penerangan alami. Dengan satu jam ekstra yang diberikan, diharapkan juga orang-orang akan memilih untuk berolahraga. Pada praktiknya, daylight savings tidak selalu menghemat listrik. Tempat-tempat seperti Meksiko, Amerika Selatan, dan Afrika Utara justru malah menggunakan lebih banyak listrik saat menerapkan daylight savings.

- Memberi Dampak Kesehatan

Walaupun daylight savings diharapkan membuat orang menjadi aktif karena lebih banyak bergerak, nyatanya mengubah waktu biarpun hanya satu jam akan mengacaukan ritme sirkadian seseorang yang berhubungan dengan pola tidur. Kurangnya waktu tidur bagi beberapa orang mungkin hanya menimbulkan rasa lelah, tetapi bisa menimbulkan efek yang berbahaya bagi orang lain. Banyak penelitian menemukan bahwa sistem DST bisa memicu depresi dan meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes.

- Menekan Angka Kriminalitas

Beberapa studi menemukan bahwa daylight savings berkontribusi atas meningkatnya keselamatan lalu lintas dengan mengurangi kecelakaan pejalan kaki sebanyak 13% selama waktu fajar dan senja. Penelitian lain juga menyatakan bahwa sepanjang spring forward angka perampokan turun sebanyak 7%. Hal ini disinyalir karena tindak kejahatan lebih sering terjadi saat hari sudah gelap.

- Tubuh Lebih Aktif

Satu jam ekstra yang diberikan oleh daylight savings diharapkan akan membuat orang lebih aktif. Dari sisi ekonomi, daylight savings diharapkan membuat orang-orang lebih aktif berbelanja karena waktu jadi lebih banyak. Dari sisi pariwisata juga diharapkan sistem DST akan membuat orang lebih suka berpergian.

Biarpun Indonesia belum bisa menerapkan sistem daylight savings, Anda tetap bisa mencoba menghemat energi dengan cara Anda sendiri. Salah satunya dengan menggunakan solar panel yang akan memberikan rumah Anda energi ekstra dari sinar matahari alami. Segera hubungi SolarKita untuk pemasangan panel surya di rumah Anda!

Written by Amadea Hasmirna | 08 Feb 2024