- Our Contribution:
-
-
CO2 Avoided Kg =

Mengapa Sustainable Living di Indonesia Masih Rendah?
Tantangan dalam Menerapkan Gaya Hidup Berkelanjutan
Sustainable living atau gaya hidup berkelanjutan semakin menjadi tren di berbagai negara sebagai solusi terhadap permasalahan lingkungan. Namun, di Indonesia, implementasi konsep ini masih tergolong rendah. Meskipun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan mulai meningkat, banyak hambatan yang membuat praktik hidup berkelanjutan sulit diterapkan secara luas.
1. Kurangnya Kesadaran dan Edukasi
Salah satu faktor utama rendahnya penerapan sustainable living di Indonesia adalah kurangnya kesadaran dan edukasi. Banyak masyarakat yang belum memahami konsep keberlanjutan dan dampak negatif dari gaya hidup konsumtif terhadap lingkungan. Edukasi mengenai pola konsumsi yang lebih bijak, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah masih minim di tingkat sekolah maupun masyarakat umum.
2. Minimnya Infrastruktur dan Fasilitas Pendukung
Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam hal infrastruktur yang mendukung gaya hidup berkelanjutan. Misalnya, tempat daur ulang sampah yang masih terbatas, kurangnya transportasi umum yang ramah lingkungan, serta akses yang terbatas terhadap produk ramah lingkungan. Hal ini menyulitkan masyarakat untuk beralih ke gaya hidup yang lebih sustainable.
3. Persepsi Biaya yang Tinggi
Banyak masyarakat menganggap bahwa produk-produk ramah lingkungan, seperti barang berbahan daur ulang atau energi terbarukan, memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan produk konvensional. Persepsi ini membuat banyak orang enggan beralih ke gaya hidup berkelanjutan karena dianggap tidak ekonomis, padahal dalam jangka panjang, investasi dalam produk ramah lingkungan justru lebih hemat dan menguntungkan.
4. Kurangnya Insentif dan Regulasi yang Tegas
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan terkait keberlanjutan, implementasi dan pengawasannya masih kurang optimal. Misalnya, aturan mengenai pengurangan plastik sekali pakai belum diterapkan secara merata di seluruh wilayah. Selain itu, masih minimnya insentif bagi bisnis atau individu yang menerapkan prinsip keberlanjutan juga menjadi kendala.
5. Budaya Konsumtif yang Masih Kuat
Budaya konsumtif di Indonesia masih menjadi tantangan besar dalam menerapkan sustainable living. Masyarakat cenderung lebih suka membeli barang baru dibandingkan memperbaiki atau mendaur ulang barang lama. Gaya hidup ini diperparah dengan tren konsumsi yang cepat berubah, terutama dalam industri fashion dan elektronik.
6. Kurangnya Keteladanan dari Pemimpin dan Tokoh Publik
Sebagai negara dengan populasi yang besar, masyarakat Indonesia sering terinspirasi oleh figur publik dan pemimpin. Sayangnya, masih sedikit tokoh yang benar-benar menerapkan dan mengkampanyekan gaya hidup berkelanjutan dalam keseharian mereka. Jika lebih banyak figur publik yang menjadi role model dalam sustainable living, masyarakat akan lebih mudah terinspirasi untuk ikut serta.
7. Pengelolaan Sampah yang Belum Optimal
Salah satu indikator keberlanjutan yang masih menjadi tantangan di Indonesia adalah pengelolaan sampah. Meskipun ada banyak kampanye pengurangan plastik dan pemilahan sampah, implementasinya masih jauh dari ideal. Sebagian besar limbah rumah tangga masih berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa melalui proses daur ulang yang memadai.
8. Ketergantungan pada Energi Fosil
Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil sebagai sumber utama listrik dan bahan bakar. Transisi ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin masih berjalan lambat. Hal ini disebabkan oleh biaya awal yang tinggi, keterbatasan teknologi, serta kurangnya insentif bagi masyarakat untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
9. Kurangnya Kolaborasi antara Sektor Swasta dan Pemerintah
Percepatan implementasi sustainable living di Indonesia memerlukan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta. Namun, masih ada kesenjangan dalam hal kebijakan dan eksekusi di lapangan. Banyak perusahaan yang belum melihat keberlanjutan sebagai prioritas utama dalam bisnis mereka, sehingga masih menggunakan praktik produksi yang tidak ramah lingkungan.
10. Solusi untuk Meningkatkan Sustainable Living di Indonesia
Untuk meningkatkan penerapan gaya hidup berkelanjutan di Indonesia, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Pemerintah dapat memperkuat regulasi dan memberikan insentif bagi individu serta bisnis yang menerapkan keberlanjutan. Sementara itu, masyarakat perlu lebih aktif dalam mencari informasi dan mulai mengadopsi kebiasaan kecil yang lebih ramah lingkungan, seperti mengurangi plastik sekali pakai, beralih ke energi terbarukan, dan mendukung produk lokal yang berkelanjutan.
Dengan adanya kesadaran dan aksi nyata dari semua pihak, Indonesia bisa bergerak menuju gaya hidup yang lebih sustainable dan ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
Baca juga: Save Energy, Save the Planet: Mulai Langkah Kecil dengan Solar Panel
Written by Dwita Rahayu Safitri | 11 Mar 2025