Mengapa Industri Harus Beralih ke Energi Hijau?

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menghadapi tantangan besar dalam hal perubahan iklim dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dampak negatif dari penggunaan energi konvensional semakin nyata, mulai dari pemanasan global hingga polusi udara yang membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, transisi menuju energi hijau atau energi terbarukan bukan hanya menjadi pilihan, tetapi sebuah keharusan bagi industri. 

Pemerintah Indonesia sendiri telah menegaskan pentingnya pemanfaatan energi terbarukan sebagai langkah strategis menuju ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan. Artikel ini akan membahas alasan utama mengapa industri harus segera beralih ke energi hijau serta manfaat jangka panjang yang bisa diperoleh.

1. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dan Dampak Lingkungan

Industri merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di dunia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi menghasilkan karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar, yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), transisi ke energi hijau dapat membantu mengurangi emisi karbon secara signifikan. Tenaga surya, angin, dan hidroelektrik adalah contoh energi terbarukan yang tidak menghasilkan emisi CO2 selama operasinya, sehingga lebih ramah lingkungan.

Menurut laporan dari Institute for Essential Services Reform (IESR), polusi udara yang dihasilkan oleh industri berbasis fosil tidak hanya mempercepat pemanasan global tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan dan penyakit kardiovaskular. Dengan beralih ke energi hijau, industri dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

2. Menjamin Ketahanan Energi Nasional

Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya. Ketergantungan ini membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga global dan potensi gangguan pasokan. Dengan memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia secara lokal, seperti tenaga surya dan angin, industri dapat membantu mengurangi ketergantungan pada energi impor dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM juga telah mendorong pemanfaatan energi terbarukan sebagai bagian dari strategi ketahanan energi nasional. Dengan meningkatnya investasi dalam teknologi energi hijau, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam sektor energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.

3. Efisiensi Biaya dalam Jangka Panjang

Salah satu alasan utama mengapa industri masih ragu untuk beralih ke energi hijau adalah biaya investasi awal yang tinggi. Namun, dalam jangka panjang, penggunaan energi terbarukan terbukti lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar fosil. Panel surya, misalnya, memiliki biaya pemasangan yang tinggi, tetapi biaya operasionalnya sangat rendah karena tenaga matahari bersifat gratis dan tidak terbatas.

Menurut studi IESR, harga listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terus menurun setiap tahun berkat inovasi teknologi dan skala ekonomi yang semakin besar. Dengan adanya insentif dari pemerintah, seperti keringanan pajak dan subsidi untuk proyek energi hijau, biaya investasi dapat ditekan lebih lanjut sehingga industri dapat memperoleh manfaat finansial jangka panjang.

4. Meningkatkan Daya Saing Perusahaan

Saat ini, banyak konsumen dan investor lebih memilih perusahaan yang menerapkan prinsip keberlanjutan. Industri yang mengadopsi energi hijau dapat meningkatkan citra merek mereka dan menarik lebih banyak pelanggan serta mitra bisnis yang peduli terhadap lingkungan. Banyak perusahaan multinasional telah menetapkan target net-zero emission, dan mereka cenderung memilih pemasok dan mitra yang juga menerapkan praktik energi bersih.

Selain itu, penggunaan energi hijau dapat membantu industri memenuhi standar lingkungan global dan regulasi ketat yang diterapkan oleh berbagai negara. Dengan demikian, perusahaan yang beralih ke energi terbarukan memiliki peluang lebih besar untuk menembus pasar internasional.

5. Kepatuhan terhadap Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius dalam transisi energi, termasuk peningkatan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Menteri ESDM telah menegaskan bahwa pemanfaatan energi terbarukan adalah keharusan, bukan pilihan. Regulasi terkait, seperti Peraturan Presiden tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan, mendorong industri untuk beralih ke energi hijau.

Bagi industri yang tidak segera beradaptasi, risiko terkena sanksi atau kehilangan peluang bisnis semakin besar. Oleh karena itu, perusahaan yang proaktif dalam mengadopsi energi hijau akan lebih siap menghadapi perubahan kebijakan di masa depan.

 

Baca juga: Apa itu Label Green Energy untuk Sektor Industri?

 

6. Mengurangi Ketergantungan pada Sumber Daya Tak Terbarukan

Bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang terbatas dan akan habis seiring waktu. Dengan terus bergantung pada energi fosil, industri menghadapi risiko kenaikan harga dan kelangkaan pasokan di masa depan. Energi hijau menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan karena sumbernya tidak terbatas dan dapat diperbarui secara alami.

7. Mendorong Inovasi dan Teknologi Baru

Adopsi energi hijau tidak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga mendorong inovasi di sektor industri. Perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi energi hijau dapat mengembangkan produk dan layanan baru yang lebih efisien dan berdaya saing tinggi. Inovasi ini juga membuka peluang bagi industri untuk bekerja sama dengan startup dan institusi riset dalam menciptakan solusi energi yang lebih canggih.

8. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

Polusi udara yang dihasilkan oleh industri berbasis fosil memiliki dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Menurut IESR, paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, termasuk asma, kanker paru-paru, dan penyakit jantung. Dengan beralih ke energi hijau, industri dapat membantu mengurangi beban kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup.

9. Akses terhadap Insentif dan Subsidi Pemerintah

Pemerintah Indonesia menyediakan berbagai insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam energi terbarukan. Program seperti feed-in tariff, subsidi energi hijau, dan insentif pajak dapat membantu perusahaan mengurangi beban biaya investasi awal. Dengan memanfaatkan insentif ini, industri dapat mempercepat transisi mereka menuju energi hijau tanpa harus menghadapi beban finansial yang besar.

10. Bertanggung Jawab terhadap Masa Depan Bumi

Sebagai bagian dari komunitas global, industri memiliki tanggung jawab untuk beroperasi secara berkelanjutan dan menjaga lingkungan bagi generasi mendatang. Dengan beralih ke energi hijau, perusahaan dapat berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.

 

Transisi ke energi hijau bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sebuah keharusan bagi industri yang ingin tetap relevan di era modern. Dengan mengadopsi energi terbarukan, perusahaan dapat mengurangi emisi karbon, meningkatkan efisiensi biaya, memperkuat ketahanan energi, dan meningkatkan daya saing. Selain itu, kepatuhan terhadap regulasi pemerintah serta manfaat kesehatan dan lingkungan menjadi alasan kuat untuk segera beralih ke energi hijau. Masa depan industri yang berkelanjutan dimulai dengan keputusan untuk menggunakan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

 

Written by Dwita Rahayu Safitri | 04 Mar 2025