Langkah Google Dalam Mencapai 100% Bebas Karbon

Pencemaran udara akibat tingginya angka gas karbon (CO) dan karbon dioksida (CO2) mengancam keselamatan warga dunia. Padahal orang-orang yang terpapar polusi berisiko tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat udara yang tercemar. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sepanjang tahun 2018 lalu, terdapat kasus kematian dini pada 600.000 balita di dunia akibat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Tak hanya itu saja, 7 juta kematian setiap tahun juga disebutkan oleh WHO diakibatkan oleh polusi udara.

Artinya, pemanfaatan energi terbarukan jelas dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dengan kondisi udara 100% bebas karbon. Ini penting diperhatikan oleh seluruh masyarakat dunia, terutama bagi pelaku bisnis di berbagai sektor industri yang rentan menghasilkan limbah juga emisi gas karbon. Pengurangan efek rumah kaca yang dipicu pembakaran fosil pada pengolahan minyak bumi dan batu bara juga perlu diupayakan. Terlebih keduanya memiliki hasil buangan berupa sulfur belerang dan CO2 dalam jumlah tinggi.

Perusahaan raksasa teknologi Google turut berkontribusi aktif

Sebagai perusahaan raksasa teknologi di dunia, dapat dikatakan bahwa Google mengonsumsi listrik dalam jumlah besar setiap harinya. Beruntung sejak tahun 2010 lalu Google telah berkomitmen untuk mengaplikasikan penggunaan daya listrik yang berasal dari energi terbarukan. Hal ini didasari keinginan kuat dari para petinggi perusahaan di Google untuk mengurangi limbah gas karbon dari seluruh kegiatan operasional perusahaan. Tujuannya tentu untuk menciptakan perubahan besar bagi  lingkungan semesta, agar menjadi lebih sehat dan bersih.

Dari portofolio akumulasi kapasitas penggunaan energi terbarukan yang telah diterapkan oleh Google, tercatat di tahun 2017 perusahaan yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin telah menggunakan 2.960  MW energi terbarukan. Jumlah ini bahkan mengalami peningkatan hingga 0.84% di tahun 2019, atau sekitar 5.475 MW kapasitas energi terbarukan telah digunakan oleh Google.

Rencana investasi Rp.28 triliun dari Google untuk infrastruktur energi terbarukan

Sebelumnya, Google sebagian besar menggunakan pembangkit listrik tenaga angin dalam energi terbarukan mereka. Namun, penurunan harga panel surya akhir-akhir ini menarik perhatian Google untuk membeli ladang panel surya di beberapa wilayah Amerika Serikat. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Google, pihaknya akan membeli total 720 MW dari ladang panel surya di Carolina Utara, Carolina Selatan, dan Texas. Sementara rencana pembelian 125 MW daya tambahan di Chili dialokasikan sebagai pasokan listrik untuk data center Google.

Tidak tanggung-tanggung, rencana pembangunan itu bahkan membutuhkan dana investasi hingga US$2 miliar atau setara dengan kurang lebih Rp.28 triliun. Rencananya seluruh dana investasi tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur pembangkit listrik tenaga angin dan matahari dengan daya mencapai 1.600 MW dari target 5.500 MW listrik energi terbarukan yang direncanakan sebelumnya.

Taiwan juga jadi destinasi pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan Google

Di awal tahun 2019, Google lebih dulu mengumumkan rencana pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan di Taiwan. Pembangunan ini nantinya akan menyokong kebutuhan tenaga listrik untuk data center Google yang ada di negara tersebut. Dengan demikian, Google adalah perusahaan non-utility pertama di dunia yang membeli serta membangun infrastruktur energi terbarukan di kawasan Asia.

Melalui proyek infrastruktur ramah lingkungan ini Google siap mendirikan pembangkit listrik energi terbarukan tenaga surya hingga 10 MW. Untuk memperlancar proses pembangunan infrastruktur, Google menggandeng Diode dan New Green. Rencananya, pembangkit listrik tenaga surya ini berlokasi di Tainan City yang terletak sekitar 100 km dari data center Google di Changhua County.

Perusahaan raksasa di Amerika sudah gunakan listrik tenaga matahari

Sebanding dengan tingginya angka pertumbuhan bisnis di Amerika, jumlah investasi energi terbarukan di sana juga terbilang cukup tinggi. Berdasarkan laporan Solar Energy Industry Association (SEIA), setidaknya listrik energi terbarukan di Amerika melalui tenaga matahari sudah terpasang hingga 325 MW. Masih dari laporan yang sama, instalasi listrik tenaga matahari ini efektif mengurangi 2,4 juta metrik ton karbon dioksida setiap tahunnya.

Dalam hal penggunaan listrik tenaga matahari oleh perusahaan raksasa di Amerika, Google bukanlah satu-satunya. Lebih dulu diketahui Amazon telah memiliki ladang panel surya di Scurry County. Sementara itu, Walmart sudah memasang 150 MW daya listrik tenaga matahari. Raksasa ritel ini bahkan memiliki target untuk mengurangi gas karbon sebesar 1 miliar metrik ton di tahun 2030 mendatang.

Rumah mode Gucci juga terapkan konsep bebas karbon

Pemanfaatan energi terbarukan untuk menciptakan 100% bebas karbon juga dilakukan oleh rumah mode mewah, Gucci. Dikabarkan Gucci saat ini gencar mengurangi, menghindari, serta memulihkan emisi gas rumah kaca melalui proyek REDD+. Langkah ini dilakukan dengan cara memilih dan menggunakan bahan alternatif bersifat sustainable dan menciptakan efisiensi manufaktur. Tujuannya jelas untuk mengurangi dampak limbah dan gas karbon pada serangkaian proses produksinya.

Konsep bebas karbon juga diterapkan oleh Gucci melalui strategi sustainable fashion. Strategi ini sudah diterapkan sejak tahun 2015 lalu. Tercatat setidaknya melalui upaya ini sebagai brand papan atas Gucci sudah berhasil menekan emisi gas rumah kaca hingga 16% di seluruh rantai produksinya. Sebagai target jangka panjang, di tahun 2025 mendatang Gucci akan mengurangi gas karbon hingga sebesar 50% melalui strategi sustainable fashion yang diterapkan.

Brand Nike jadi anggota baru perusahaan yang ikut koalisi G7 Fashion Pact

G7 Fashion Pact merupakan proyek berkelanjutan dengan skala global yang bertujuan untuk mengutamakan kelestarian bumi melalui produk-produk ramah lingkungan. Sejumlah brand mewah bahkan sudah mengikuti koalisi tersebut. Mulai dari Burberry, Chanel, Hermes, Prada, Ralph Lauren, Gucci, dan Giorgio Armani.  Tidak ingin tertinggal dari industri mode yang kini selaras dengan tujuan pembangunan sustainable PBB, brand Nike baru-baru ini juga bergabung dalam G7 Fashion Pact.

Melalui koalisi ini, Nike berkomitmen untuk mengalihkan sekitar 1 miliar botol plastik per tahun untuk pembuatan benang dan bagian atas dari sepatu Flyknit buatannya. Tidak hanya itu saja, Nike juga berupaya untuk mewujudkan progam Reuse-A-Shoe untuk mencegah pertambahan limbah sepatu. Melalui program ini rencananya Nike akan mengolah limbah sepatu menjadi produk baru yang tentu ramah lingkungan. Sementara dari proses produksi, renancanya Nike akan 100% menggunakan energi terbarukan di tahun 2025 mendatang.

Kolaborasi Google dan sejumlah perusahaan-perusahaan besar secara global dalam memanfaatkan energi terbarukan tentu menjadi berita baik untuk Anda. Upaya ini pastinya perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga target 100% bebas karbon di seluruh aktivitas industri dapat tercapai dengan baik. Sebagai dampaknya, lingkungan, suhu udara, serta polusi pun bisa diatasi secara maksimal.

Tentu saja, Anda juga bisa berperan aktif dalam mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik melalui pemanfaatan energi terbarukan. Terlebih di Indonesia intensitas matahari cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Written by Inas Twinda Puspita | 11 Oct 2019