Ketahui, Negara-negara Asia dengan Pemanfaatan Energi Surya Terbesar

Pembangkit listrik tenaga surya atau biasa disebut sebagai PLTS merupakan pembangkit listrik yang sumber utama energinya didapatkan dari radiasi sinar matahari. Pemanfaatan energi surya di Asia melalui pembangkit listrik tenaga surya mulai banyak dikembangkan karena melihat bahwa energi surya dapat digunakan sebagai alternatif yang sangat cocok untuk sumber energi listrik dengan banyak kelebihan. Apalagi jika melihat potensi Indonesia yang sangat mudah untuk mendapatkan sumber energi utama dari pembangkit listrik ini, yaitu sinar matahari.

Pemanfaatan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga surya ini pun banyak dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui Pemasangan panel surya Atap. Hal ini selain dapat membantu Anda untuk mendapatkan pasokan listrik dalam jumlah yang besar, juga dapat membantu mengurangi biaya yang dikeluarkan setiap bulannya. Karena tentu Anda bisa mendapatkan sumber energi secara gratis dan sangat melimpah. Tenaga surya telah menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling menjanjikan untuk mengatasi krisis perubahan iklim. Di Asia, beberapa negara telah menjadi pemimpin dalam penggunaan tenaga surya, mendorong transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa negara di Asia yang menjadi pengguna tenaga surya terbesar, melihat keberhasilan mereka dalam mengadopsi energi matahari, serta manfaat dan tantangan yang terkait.

Tiongkok

Sebagai negara terpadat di dunia, Tiongkok telah mengambil langkah besar dalam penggunaan tenaga surya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah menginvestasikan dana yang signifikan dalam pembangunan proyek tenaga surya skala besar. Hal ini telah menghasilkan pertumbuhan pesat dalam kapasitas tenaga surya negara tersebut. Tiongkok juga menjadi produsen panel surya terbesar di dunia, memainkan peran penting dalam memangkas biaya teknologi surya dan membuatnya lebih terjangkau.

India

India juga memiliki potensi besar dalam pemanfaatan tenaga surya. Negara ini telah menetapkan target ambisius untuk membangun kapasitas tenaga surya sebesar 100 gigawatt pada tahun 2022. Langkah-langkah kebijakan yang kuat dan insentif yang diberikan oleh pemerintah telah mendorong pertumbuhan pesat dalam sektor energi surya di Asia, khususnya di India. Negara ini juga telah berhasil meluncurkan proyek-proyek tenaga surya skala besar, termasuk Ladakh Solar Park yang menjadi salah satu taman surya terbesar di dunia.

Jepang

Jepang adalah salah satu negara Asia yang mengadopsi tenaga surya dengan cepat setelah bencana Fukushima pada tahun 2011. Negara ini telah meluncurkan kebijakan dan insentif yang kuat untuk mendorong penggunaan energi terbarukan, termasuk tenaga surya. Jepang memiliki keunggulan dalam teknologi panel surya dan telah menjadi pusat penelitian dan pengembangan untuk inovasi energi suryadi Asia. Negara ini juga terkenal dengan atap surya yang terpasang di banyak bangunan dan infrastruktur publik.

Korea Selatan

Korea Selatan juga telah mengambil langkah-langkah penting dalam penggunaan tenaga surya. Negara ini memiliki industri manufaktur yang kuat dan telah menjadi salah satu produsen panel surya terkemuka di dunia. Pemerintah Korea Selatan telah mendorong investasi dalam energi terbarukan melalui insentif fiskal dan regulasi yang menguntungkan. Langkah-langkah ini telah mempercepat pertumbuhan sektor energi surya di negara ini.

Bagaimana Tiongkok Menjadi Negara Terbesar dalam Pemanfaatan Energi Surya di Asia

Dalam melakukan pemanfaatan energi surya di Asia sebagai sumber listrik, Tiongkok telah menjadi salah satu negara paling maju dalam mengimplementasikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di tingkat nasional. Pemerintah Tiongkok telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mendorong adopsi dan pengembangan PLTS, dengan tujuan mengurangi ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Berikut adalah beberapa cara pengimplementasian pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan PLTS:

Kebijakan Dan Regulasi Yang Mendukung

Pemerintah Tiongkok telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan regulasi yang mendukung penggunaan PLTS. Salah satu kebijakan utama adalah Feed-in Tariff (FiT) atau tarif yang diberikan kepada produsen energi surya yang menjual listrik ke jaringan listrik nasional. Tarif ini memberikan insentif finansial kepada produsen PLTS dan mendorong investasi di sektor energi surya di Asia.

Target Yang Ambisius Terkait Energi Surya di Asia

Pemerintah Tiongkok telah menetapkan target yang ambisius untuk penggunaan energi surya. Mereka berencana untuk meningkatkan kapasitas PLTS mereka secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Misalnya, pada tahun 2020, mereka menargetkan untuk memiliki kapasitas PLTS sebesar 210 gigawatt (GW), yang merupakan salah satu target terbesar di dunia.

Pembangunan Infrastruktur Yang Kuat

Tiongkok telah menginvestasikan banyak sumber daya dalam membangun infrastruktur yang diperlukan untuk penggunaan PLTS. Mereka telah membangun paru-paru PLTS di berbagai wilayah, termasuk pembangkit tenaga surya skala besar di padang pasir, atap gedung yang dilengkapi panel surya, dan bahkan PLTS terapung di atas waduk. Infrastruktur ini mendukung pengembangan dan penggunaan PLTS secara efisien.

Investasi Dalam Riset Dan Pengembangan

Pemerintah Tiongkok juga telah menginvestasikan sumber daya besar dalam riset dan pengembangan teknologi PLTS. Mereka mendukung penelitian inovatif dalam bidang penyimpanan energi surya, efisiensi panel surya, dan teknologi terkait lainnya. Investasi ini bertujuan untuk terus meningkatkan kinerja dan efisiensi PLTS, sehingga menjadi lebih terjangkau dan dapat diadopsi secara luas.

Promosi Dan Kampanye Kesadaran

Pemerintah Tiongkok juga telah melakukan upaya besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat PLTS dan kebutuhan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Mereka telah meluncurkan kampanye promosi yang melibatkan media massa, pendidikan publik, dan program kesadaran lingkungan. Kampanye ini bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat dan mendorong adopsi PLTS di tingkat rumah tangga dan komersial.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengimplementasian pemerintah Tiongkok terhadap penggunaan PLTS telah memberikan dampak yang signifikan dalam transformasi energi mereka. Berkat langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, Tiongkok telah menjadi negara Asia dengan pengguna PLTS terbesar.
Tiongkok telah berhasil membangun kapasitas PLTS yang sangat besar. Mereka telah melampaui target mereka dan saat ini memiliki kapasitas PLTS sekitar 250 GW, yang merupakan yang terbesar di dunia. Kapasitas ini mencakup instalasi panel surya di atap gedung, proyek PLTS skala besar di daratan, dan bahkan PLTS terapung di atas waduk. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mewujudkan transformasi energi yang berkelanjutan.

Penggunaan PLTS secara luas telah membantu Tiongkok dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Pergantian sumber energi dari bahan bakar fosil ke energi surya di Asia mengurangi penggunaan batu bara dan minyak, yang merupakan sumber emisi utama. Dengan demikian, penerapan PLTS telah membantu memperbaiki kualitas udara dan lingkungan secara keseluruhan.

Dalam jangka panjang, penggunaan PLTS di Tiongkok telah memberikan manfaat positif bagi masyarakat. Dengan beralih ke energi surya di Asia, mereka mengurangi polusi udara dan pencemaran lingkungan, yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Udara yang lebih bersih dan lingkungan yang lebih sehat meningkatkan kualitas hidup penduduk dan mengurangi risiko penyakit terkait polusi.

Selain itu, pemanfaatan energi surya di Asia khususnya di Tiongkok juga mempengaruhi sektor Perkembangan industry, Sehingga peningkatan penggunaan PLTS di Tiongkok juga telah menciptakan peluang kerja baru. Permintaan yang tinggi akan instalasi panel surya dan peralatan terkait telah menciptakan lapangan kerja dalam desain, produksi, instalasi, pemeliharaan, dan layanan terkait. Hal ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran di negara tersebut.

Written by Biru Cahya Imanda | 27 Mar 2024