- Our Contribution:
-
-
CO2 Avoided Kg =

Kebijakan Global untuk Mengurangi Penggunaan Energi Fosil
Penggunaan energi fosil telah menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Banyak negara di dunia telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan. Artikel ini akan membahas berbagai kebijakan global yang telah diterapkan guna menekan penggunaan energi fosil serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.
1. Kesepakatan Internasional dalam Mengurangi Energi Fosil
a. Perjanjian Paris 2015: Perjanjian Paris merupakan kesepakatan global yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius, dengan target ideal 1,5 derajat Celsius. Negara-negara peserta berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dengan meningkatkan investasi pada energi terbarukan serta mengurangi penggunaan energi fosil.
b. Net Zero Emission 2050: Beberapa negara, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China, telah menetapkan target Net Zero Emission pada tahun 2050. Target ini berarti bahwa jumlah emisi yang dihasilkan akan seimbang dengan jumlah emisi yang diserap, sehingga tidak ada peningkatan emisi karbon di atmosfer.
c. COP (Conference of the Parties) UNFCCC: Konferensi tahunan COP yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertujuan untuk meninjau dan memperbarui kebijakan mitigasi perubahan iklim global. Salah satu fokus utama dalam pertemuan ini adalah membahas pengurangan energi fosil dan peningkatan pemanfaatan energi terbarukan.
2. Kebijakan Regional dan Nasional dalam Mengurangi Energi Fosil
a. Uni Eropa: European Green Deal: Uni Eropa telah mengadopsi European Green Deal yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 55% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi tahun 1990. Kebijakan ini mencakup peningkatan energi terbarukan, elektrifikasi transportasi, dan pajak karbon.
b. Amerika Serikat: Inflation Reduction Act 2022: Pemerintah Amerika Serikat meluncurkan undang-undang ini untuk memberikan insentif pajak dan pendanaan bagi industri energi bersih serta mengurangi subsidi bagi sektor energi fosil.
c. China: Rencana Lima Tahun untuk Energi Terbarukan: China, sebagai salah satu konsumen energi fosil terbesar, telah menetapkan rencana lima tahunan untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, guna mengurangi ketergantungan pada batu bara.
3. Kebijakan Fiskal dan Insentif untuk Mendorong Energi Terbarukan
a. Pajak Karbon dan Perdagangan Emisi: Banyak negara telah menerapkan pajak karbon sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Sistem perdagangan emisi juga diterapkan di beberapa wilayah, seperti Uni Eropa, untuk memberikan insentif kepada industri yang mampu mengurangi emisinya.
b. Subsidi untuk Energi Terbarukan: Beberapa negara memberikan subsidi bagi pengembangan energi terbarukan, seperti energi surya dan angin, untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil.
c. Insentif bagi Industri dan Konsumen: Pemerintah juga memberikan insentif pajak bagi industri dan individu yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan panel surya.
4. Tantangan dalam Implementasi Kebijakan Pengurangan Energi Fosil
a. Ketergantungan Ekonomi pada Bahan Bakar Fosil: Banyak negara masih bergantung pada ekspor energi fosil sebagai sumber pendapatan utama. Transisi menuju energi terbarukan memerlukan perubahan ekonomi yang signifikan.
b. Teknologi dan Infrastruktur: Meskipun energi terbarukan semakin berkembang, infrastruktur untuk mendukungnya masih terbatas di beberapa negara. Investasi besar dibutuhkan untuk membangun jaringan listrik cerdas dan sistem penyimpanan energi.
c. Resistensi Politik dan Industri: Lobi industri energi fosil masih sangat kuat di banyak negara, yang dapat memperlambat implementasi kebijakan pengurangan energi fosil.
Berbagai kebijakan global telah diterapkan untuk mengurangi penggunaan energi fosil, mulai dari perjanjian internasional hingga insentif ekonomi bagi energi terbarukan. Meskipun terdapat tantangan dalam implementasinya, upaya ini tetap menjadi langkah penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan mendorong transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Written by Dwita Rahayu Safitri | 28 Mar 2025