Energi Surya VS Energi Batu Bara, Mana yang Terbaik?

Selama ini, Indonesia sangat bergantung terhadap energi batu bara untuk mengaktifkan pembangkit tenaga listrik. Mengingat hal ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, kita tanpa sadar sudah merasa terlalu nyaman untuk berpindah ke energi lain. Padahal, sebenarnya ada alternatif energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan untuk tenaga listrik, yakni energi surya. Sesuai namanya, energi surya menggunakan surya atau cahaya matahari dalam menyuplai tenaga listrik. Nah, jika dibandingkan, mana yang lebih baik di antara energi batu bara dan energi surya?

Energi Surya Cenderung Lebih Rendah Emisi

Jika kita membicarakan pembangkit tenaga listrik, emisi gas buang tidak boleh dilupakan. Kebanyakan listrik yang dihasilkan di dunia merupakan hasil pembakaran yang memiliki emisi. Padahal, emisi gas buang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Untuk energi surya dan energi batu bara, mana yang lebih rendah emisinya? Seperti yang telah kita ketahui, batu bara harus dibakar dulu untuk menghasilkan listrik. Nah, proses pembakaran ini ternyata menghasilkan karbon dioksida (CO2). Gas ini dikenal sebagai penyebab utama pemanasan global. Sedangkan, energi surya tidak menghasilkan CO2 sama sekali. Di samping itu, batu bara juga menghasilkan sulfur dioksida. Gas ini merupakan komponen utama penyebab terjadinya hujan asam. Sementara itu, energi surya tidak menghasilkan emisi yang berupa gas sulfur.

Harga Batu Bara Relatif Lebih Terjangkau

Berbicara masalah biaya, batu baru memang relatif lebih terjangkau jika dibandingkan dengan energi surya. Hal ini karena untuk mendapatkan dan mengolah batu bara tergolong lebih mudah dari pembangkit listrik lainnya. Bandingkan saja dengan tenaga nuklir yang butuh proses rumit dan berisiko tinggi untuk mendapatkannya. Lalu, bagaimana jika dibandingkan dengan energi surya? Banyak yang beranggapan bahwa jenis energi ini masih lebih mahal dari batu bara. Meskipun bahan utamanya bisa didapatkan dengan gratis, untuk mengubah energi surya menjadi energi listrik butuh biaya yang tidak sedikit. Benarkah demikian?

Rata-rata, harga panel surya memang terlihat lebih mahal jika dibandingkan dengan batu bara. Tetapi, jika berpikir secara jangka panjang, panel surya dapat memasok listrik hingga sekitar tiga puluh tahun ke depan. Ya, batu bara memang lebih murah, tetapi apakah masih tersedia hingga tiga puluh tahun ke depan?

Suplai Panas Matahari yang Tak Terbatas

Batu bara berasal dari fosil binatang dan tumbuhan di zaman purba. Untuk mendapatkan batu bara, perlu dilakukan penggalian di lokasi-lokasi yang kaya akan fosil. Hal ini tentu tidak dapat berlangsung sebentar. Proses pembentukan fosil hingga bisa dijadikan bahan bakar memakan waktu yang sangat lama. Padahal listrik akan terus dibutuhkan oleh manusia. Sedangkan, energi surya berasal dari sinar matahari. Selama matahari masih menyinari bumi, manusia masih bisa terus memanfaatkan energi surya. Manusia cukup menyediakan peralatan yang mampu mengubah sinar matahari ini menjadi listrik. Dengan demikian, manusia dapat terus mendapatkan pasokan listrik dari energi surya.

Dari poin-poin di atas, Anda bisa menyimpulkan bahwa kedua jenis energi pembangkit listrik ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk batu bara, jelas bahwa poin plusnya terletak pada harga yang tergolong lebih murah jika dibandingkan dengan jenis energi lain. Pengolahannya pun mudah tidak membutuhkan banyak peralatan, cukup melalui proses pembakaran saja. Sedangkan untuk energi surya, pemanfaatan sinar matahari sebagai pembangkit listrik dibutuhkan alat khusus, yaitu panel surya. Alat inilah yang membuat energi surya menjadi lebih mahal. Namun, coba pikirkan kembali efek jangka panjangnya. Energi surya cenderung lebih ramah lingkungan dan mampu bertahan lebih lama. Dengan menggunakan energi surya, Anda bisa ikut membantu melestarikan bumi dan lingkungan.


Written by Annisa Noorvitasari | 24 Sep 2018