Dampak PLTS Terapung terhadap Ekosistem Perairan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung merupakan inovasi dalam pemanfaatan energi terbarukan yang semakin populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan memanfaatkan permukaan perairan seperti waduk, danau, atau bendungan, PLTS terapung menjadi solusi bagi keterbatasan lahan di daratan. Namun, penerapan teknologi ini juga menimbulkan pertanyaan terkait dampaknya terhadap ekosistem perairan. Artikel ini akan membahas dampak positif dan negatif PLTS terapung terhadap lingkungan perairan serta upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak buruknya.

Dampak Positif PLTS Terapung terhadap Ekosistem Perairan

  • Mengurangi Penguapan Air
    Salah satu manfaat utama PLTS terapung adalah kemampuannya mengurangi penguapan air. Dengan menutupi sebagian permukaan air, PLTS terapung dapat mengurangi laju penguapan hingga 70%, yang sangat bermanfaat di daerah dengan tingkat kekeringan tinggi.
  • Meningkatkan Efisiensi Panel Surya
    Air membantu menurunkan suhu panel surya, sehingga meningkatkan efisiensi konversi energi. PLTS terapung memiliki temperatur operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan PLTS darat, yang berkontribusi pada peningkatan kinerja panel surya.
  • Memanfaatkan Ruang yang Tidak Terpakai
    Alih-alih mengorbankan lahan produktif, PLTS terapung memanfaatkan area perairan yang tidak digunakan untuk pertanian atau pemukiman, sehingga tidak mengganggu tata guna lahan di daratan.
  • Menekan Pertumbuhan Alga Berlebih
    Dengan mengurangi paparan sinar matahari langsung ke perairan, PLTS terapung dapat membantu menekan pertumbuhan alga yang berlebihan, yang sering menyebabkan eutrofikasi dan mengurangi kadar oksigen dalam air.

Dampak Negatif PLTS Terapung terhadap Ekosistem Perairan

  • Gangguan terhadap Ekosistem Air
    Struktur PLTS terapung dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, yang dapat mengganggu fotosintesis tumbuhan air serta keseimbangan ekosistem bawah air.
  • Potensi Gangguan bagi Fauna Air
    Keberadaan struktur PLTS terapung bisa mengubah habitat alami ikan dan organisme akuatik lainnya. Perubahan suhu air dan kadar oksigen juga dapat berdampak pada populasi ikan serta rantai makanan di perairan tersebut.
  • Akumulasi Limbah dan Mikroplastik
    Material yang digunakan dalam pembangunan PLTS terapung, seperti pelampung plastik atau komponen lainnya, berpotensi mengalami degradasi seiring waktu dan mencemari perairan dengan mikroplastik.
  • Risiko Kebocoran dan Kontaminasi
    Meski jarang terjadi, kebocoran pada sistem kelistrikan PLTS terapung dapat menyebabkan kontaminasi air jika tidak dikelola dengan baik, terutama dalam sistem kabel bawah air.

Upaya Mitigasi Dampak Negatif PLTS Terapung

  • Pemilihan Lokasi yang Tepat
    Lokasi PLTS terapung harus mempertimbangkan kondisi ekosistem perairan setempat agar tidak merusak habitat ikan dan organisme akuatik.
  • Desain Ramah Lingkungan
    Menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mudah terdegradasi dapat mengurangi risiko pencemaran mikroplastik. Selain itu, desain yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke perairan dapat membantu menjaga ekosistem di bawahnya.
  • Monitoring Berkala
    Pemerintah dan pengelola PLTS terapung harus melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas air, suhu, kadar oksigen, serta dampak terhadap biodiversitas di sekitar area PLTS terapung.
  • Kolaborasi dengan Ahli Ekologi
    Melibatkan pakar lingkungan dalam perencanaan dan pengelolaan PLTS terapung dapat membantu mengidentifikasi serta mengurangi potensi dampak negatif terhadap ekosistem perairan.

 

PLTS terapung menawarkan banyak keuntungan dalam upaya transisi energi bersih, terutama dalam mengatasi keterbatasan lahan daratan dan meningkatkan efisiensi energi surya. Namun, implementasi teknologi ini juga harus memperhitungkan dampak terhadap ekosistem perairan. Dengan menerapkan desain yang ramah lingkungan, pemilihan lokasi yang tepat, serta pemantauan berkala, dampak negatif dapat diminimalkan sehingga PLTS terapung dapat menjadi solusi energi berkelanjutan tanpa merusak lingkungan.

 

Written by Dwita Rahayu Safitri | 28 Mar 2025