Apakah Benar Tahun Depan Dunia Gelap?

Presiden Joko Widodo dalam sambutannya dalam acara pembukaan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC) mengatakan bahwa tahun depan merupakan tahun yang gelap. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo bukan tanpa alasan. Dimana Presiden yang akrab dipanggil Jokowi tersbut mengungkapkan bahwa mendapatkan bocoran informasi tersebut dari Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres dan pemimpin dunia lain. “Tahun depan dunia gelap” merupakan statement yang dapat diartikan bahwa di dunia tahun depan tidak ada gambaran apapun. Selain itu, situasi global yang terjadi juga menambah ketidakpastian yang dapat terjadi tahun depan.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo juga menambahkan bahwa selain hampir seluruh negara mengalami kesulitan, hal ini tentu akan berdampak pada Negara Indonesia. Dimana kita akan mengalami hal sangat sulit. “tahun ini kita akan sulit, dan Tahun depan akan gelap.” Kata Presiden jokowi. Dalam pidato Presiden Jokowi tersebut, beliau mengungkapkan bahwa tahun ini merupakan tahun yang sulit. Dan hal tersebut bukan hanya terjadi di Indonesia, namun terjadi di seluruh Negara di dunia. Hal tersebut disampaikan setelah presiden Joko Widodo bertemu dengan Skeretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres dan lembaga-lembaga Internasional. Diaman dalam penyampaiannya, Presiden menyatakan bahwa Beliau langsung bertemu dengan “bos-bosnya”.

"Saya bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, bertemu dengan lembaga-lembaga internasional, langsung bos-bosnya, bertemu dengan kepala negara G7 baru saja. Saya tanyakan sebetulnya dunia ini mau ini mau ke mana? Beliau-beliau menyampaikan Presiden Jokowi tahun ini kita akan sangat sulit, tahun ini kita akan sulit, terus kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap," Jelas Jokowi dalam sambutannya. Hal ini juga senada dengan pernyataan Wakil menteri Keuangan Suahasil Nazara. Dikutip dari cnbcindonesia, Suahasil Nazara mengemukakan bahwa tahun depan volatilitas pasar keuangan pada tahun depan memang akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Berbagai risiko tersebut, memang tidak terelakkan. Ia juga mengakui bahwa ada sejumlah risiko yang mesti diwaspadai. Jika sebelumnya ada risiko pandemi Covid-19, di tahun pemulihan ini bakal ada risiko yang berasal dari perang Rusia-Ukraina. Dimana dampak perang tersbut dapat menyebabkan kenaikan sejumlah harga komoditas di pasar dunia.
Terkait prediksi tahun depan dunia gelap, Jokowi menyebut bahwa saat ini kurang lebih terdapat 320 juta orang di dunia yang sudah berada pada posisi menderita kelaparan akut dan sebagian besar diantaranya sudah mulai kelaparan. "Hati-hati, bukan Indonesia yang saya bicarakan tapi dunia. Kita bicara dunia dulu," ucap jokwi dikutip dari cncbindonesia.

Dampak Tahun Depan Dunia Gelap

Situasi ini merupakan kabar yang kurang baik di sektor ekonomi yang dapat mengganggu kestabilan dunia. Jokowi mengatakan, dalam sejumlah laporan IMF, World Bank hingga PBB memperkirakan bahwa akan ada 60 negara yang bakal ambruk akibat krisis ekonomi yang akan terjadi beberapa tahun kedepan.  Hal ini disampaikan karena menurut beliau, terdapat posisi pertumbuhan ekonomi yang semakin turun. Dimana bukan pertumbuhan ekonomi yang turun, akan tetapi mengalami anjlok di segala sektor. Pertumbuhan ekonomi di Negara-negara seperti Singapura, Eropa, Australia dan Amerika tidak hanya turun, akan tetapi mengalami inflasi yang naik. Harga- harga barang semuanya juga mengalami kenaikan.

“Ini lah kondisi yang sangat kalau boleh saya sampaikan dunia sekarang ini sudah pada kondisi yang mengerikan," kata Jokowi. Sebagai contoh, Jokowi mengungkapkan bahwa Amerika Serikat sedang mengalami inflasi hampir 9,1 persen dan mengalami kenaikan harga bensin sampai dua kali lipat. Beliau juga menyebut bahwa kondisi serupa juga terjadi di berbagai Negara di  Eropa. Dalam keterangan yang dikutip dari cnbcindonesia, Suahasil menjelaskan bahwa situasi ini tentu akan memicu terjadinya inflasi yang dikhawatirkan dapat berdampak pada kenaikan harga sejumlah barang. Secara garis besar, Suahasil menyebut bahwa secara fundamental ekonomi nasional masih dalam kondisi positif, namun ada beberapa risiko yang harus diwaspadai.

Krisis ekonomi yang dapat terjadi di dunia internasional tentu akan memberikan dampak yang sangat besar bagi seluruh negara dan tentunya dari berbagai pihak. Mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Ketika tahun depan dunia gelap, bukan tidak mungkin bahwa banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya. Dan hal ini tentu dapat terjadi di berbagai Negara yang mengalami krisis ekonomi tersebut. Hal tersebut dilakukan karena perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk memberikan gaji kepada mereka.

Dengan prediksi bahwa tahun depan dunia gelap tersebut, dapat di prediksi bahwa angka pengangguran dapat dipastikan akan semakin naik. Dimana hal ini angka kemiskinan juga meningkat karena orang-orang tidak memiliki pendapatan. Selain itu, pemerintah di berbagai dunia juga dipastikan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan belanja Negara masing-masing. Melihat dampak yang terjadi, prediksi tahun depan gelap yang menyebabkan krisis ekonomi ini memang akan menjadi momok yang sangat menakutkan bagi berbagai Negara yang ada di dunia. Jika hal ini memang terjadi, bisa dipastikan keadaannya akan sangat kacau. Bahkan, bisa jadi penjarahan dan perampokan akan terjadi di mana-mana.

Solusi Mengatasi Tahun Depan Dunia Gelap

Dalam mengantisipasi prediksi tahun depan dunia gelap, tentu diperlukan strategi dan langkah kebijakan sebaiknya dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meredam dampak dinamika global tersebut. Dalam kebijakan fiskal, perlu ada transformasi struktur ekonomi dari yang selama ini didominasi oleh konsumsi rumah tangga, perlu adanya pengalihan ke sektor yang lebih produktif. Hal ini diharapkan sebagai upaya dan kebijakan dalam mendorong investasi dan ekspor. Dalam hal ini, investasi yang masuk diharapkan dapat membuka banyak lapangan kerja baru yang akan berkontribusi mengurangi pengangguran dan kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai solusi alternatif, Pemerintah tentu perlu mengembangkan potensi energi alternatif baru terbarukan untuk dapat menopang pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan baru diberbagai sektor ekonomi. Mengutip data yang diterbitkan oleh Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bappenas telah melakukan perhitungan bahwa melalui skenario green jobs net zero emission, Indonesia berpotensi memiliki 1,2 juta pekerjaan hijau pada 2020. Angka ini akan terus bertambah hingga mencapai 3 juta lapangan pekerjaan pada 2060.

Dengan peluang yang sangat besar di sektor baru ini. Pemerintah tentu perlu melakukan dukungan penuh bagi pengembangan energi-energi baru yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi guna mengantisipasi krisis ekonomi yang kapan saja dapat terjadi. Hal ini tentu dapat menjadi alternatif pekerjaan hijau baru bagi para milenial di tengah sulitnya mencari pekerjaan pasca pandemic covid-19 ini. Secara potensi, Peningkatan pekerjaan hijau green jobs ini akan berdampak positif pada kualitas lingkungan, ketersediaan sumber daya alam, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik.

Written by Jumawan Syahrudin | 29 Jan 2024