Alternatif Gaya Hidup Ramah Lingkungan dengan PLTS Atap

Gaya hidup sehat dengan memanfaatkan energi bersih menjadi salah satu hal yang diinginkan masyarakat secara umum. Pada penerapannya, penggunaan energi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari memiliki peranan penting. Salah satunya adalah penggunaan listrik. Baik bangunan residensial ataupun industrial pasti membutuhkan listrik sebagai pemenuhan dan operasionalnya. Di Indonesia, ada beberapa jenis bahan bakar yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, mulai dari batu bara, gas alam, minyak bumi, ataupun tenaga matahari. Namun, mayoritas masih menggunakan aliran listrik dari PLN yang notabene menggunakan batu bara dan minyak bumi. Berdasarkan laporan statistik PLN, hingga tahun 2021 menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 3,09 juta kiloliter (kl). Angka ini meningkat 15,76% dari tahun 2020 yang hanya 2,67 juta kl.

Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik juga meningkat 2,69% menjadi 68,47 juta ton pada 2021, dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 66,68 juta ton. Penggunaan bahan bakar gas untuk pembangkit listrik PLN tumbuh 5,16% menjadi 397,76 ribu MMSCF pada 2021, dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 378,25 ribu MMSCF. Dalam rangka menciptakan gaya hidup ramah lingkungan, pemanfaatan energi terbarukan sedang digencarkan oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini dengan memanfaatkan energi matahari sebagai pembangkit listrik. Energi matahari yang bersifat tak terbatas dan dapat dimanfaatkan sampai kapanpun ini tentu menjadi solusi efektif untuk menjaga kerusakan lingkungan. Mengingat kesinambungan penggunaan bahan bakar tidak terbarukan mengakibatkan dampak buruk terhadap lingkungan, penggunaan energi terbarukan (EBT) adalah pilihan terbaik. 

Tingkatkan Kepedulian Lingkungan dengan Energi Terbarukan

Faktanya, hampir setiap industri dan aktivitas masyarakat sehari-hari tidak bisa lepas dengan ketergantungan pada energi tidak terbarukan. Minyak bumi, gas alam, batu bara masih mendominasi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ini tentu masih akan berkelanjutan hingga masyarakat sadar tentang penggunaan energi terbarukan. Seperti yang Anda ketahui, penggunaan energi tersebut memiliki batas ketersediaan sehingga tidak menutup kemungkinan di masa depan mengalami krisis energi. Pengeksploitasian yang secara terus-menerus akan mempercepat ketersediaan energi.

Ketergantungan terhadap energi tak terbarukan ini harus seger diminimalisir melalui pemenfaatan energi yang bersifat terbarukan. Energi terbarukan (EBT) adalah sebuah alterbatif yang dapat digunakan sebagai sumber energi utama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Energi terbarukan ini merupakan sebuah pilihan dari pengembangan sumber daya yang telah ada di lingkungan kita sendiri. Mengingat perubahan iklim dan peningkatan suhu bumi yang sudah mulai terasa dampaknya, gerakan masyarakat terhadap kepedulian lingkungan harus segera dilakukan. Selain dapat diperbaharui atau dipulihkan kembali, energi terbarukan ini juga menjadi salah satu solusi tepat dalam mengatasi permasalahan lingkungan.

Tren energi terbarukan yang saat ini terus digencarkan oleh berbagai pihak telah mengalami banyak perkembangan, seperti halnya di Indonesia adalah tentang pemanfaatan tenaga surya sebagai pembangkit listrik. Jika mungkin dahulu hanya digunakan oleh kalangan industri, pemanfaatan energi bersih ini telah dikembangkan sehingga dapat digunakan oleh masyarakat umum. Teknologi inilah yang dinamakan dengan PLTS Atap. Alat ini memungkinkan setiap masyarakat menggunakan matahari sebagai penyokong kebuutuhan listrik sehari-hari. Selain meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, penggunaan PLTS Atap juga dapat menghemat biaya tagihan bulanan.

Penggunaan PLTS Atap menjadi Solusi Energi Ramah Lingkungan

Penggunaan PLTS Atap di Indonesia saat ini telah mencapai peningkatan yang cukup signifikan. Apalagi dengan gerakan yang diinisiasi oleh pemerintah untuk meningkatkan masyarakat sadar lingkungan telah menunjukan trend positif. Terlihat dari banyaknya kalangan yang turut berpartisipasi dengan menggunakan PLTS Atap sebagai pemenuhan kebutuhan listriknya. Atap surya saat ini mungkin tidak terlihat asing lagi, khususnya di wilayah Ibukota. Banyak diantaranya gedung-gedung yang telah memasang modul fotovoltaik di rooftopnya sebagai penyuplai listrik di lantai bawahnya. Jajaran panel surya yang terpasang pada atap, dinding, atau bagian luar gedung lainnya inilah disebut sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Misalnya saja yang terlihat pada gedung gedung pemerintahan. Banyak gedung-gedung pemerintahan yang sudah mulai menggunakan PLTS Atap sebagai penyokong kebutuhan listriknya. Seperti halnya di gedung Kementrian ESDM yang telah memasang PLTS Atap. Salah satunya Gedung Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, Jalan Pegangsaan Timur Jakarta Pusat. PLTS Atap berkapasitas 20 kilo Watt peak (kWp) yang telah dipasang sejak 2015. Sebagai salah satu inisiator penggunaan energi bersih, pemerintah memberikan tindakan praktis yang mungkin bisa dicontoh oleh berbagai kalangan. Saat ini, bukan hanya gedung perkantoran atau bangunan industri saja yang dapat melakukan pemasangan PLTS Atap, tetapi perumahan juga sudah bisa memasang PLTS Atap yang on-grid.

PLTS Atap berfungsi untuk penghematan penggunaan listrik dari PLN. PLTS Atap umumnya menggunakan sistem OnGrid –sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan PLN, dengan skema Net Metering. Kekurangan daya PLTS akan diimport dari PLN dan kelebihan daya akan diekspor ke PLN. Terbukti, penggunaan PLTS Atap dapat menghemat biaya tagihan listrik. Diperkirakan mencapi 250 ribu perbulan dengan ekspor 69,97 kWh per bulan, yaitu 35%-45% dari biaya awal sebelum menggunakan PLTS. Terlebih jika cuaca terik, PLTS mampu menanggung semua beban energi. Sedangkan jika cuacanya sedang mendung, maka PLTS bisa menanggung beban energi hingga 40%. Penggunaan PLTS Atap ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan atau dalam jangka waktu yang lama.

Penggunaan Panel Surya Dapat Menurunkan Emisi

Perubahan iklim merupakan fakta yang bukan hanya berpengaru terhadap kesehatan manusia, tetapi juga terhadap lingkungan secara berkelanjutan. Partisipasi masyarakat sangat penting untuk mewujudkan misi penurunan emisi. Penggunaan sumber daya terbarukan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bisa menjadi alternatif terbaik dalam hal ini. Salah satu yang bisa dilakukan untuk mendorong gaya hidup sehat adalah menggunakan panel surya di rumah-rumah atau gedung perkantoran. Penggunaan panel surya dinilai dapat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca. Pada penerapannya, perangkat ini dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan dan menerangkan ruangan dengan emisi yang relatif rendah. Selain itu, panel surya juga dapat menghemat biaya listrik rumah. Pemanfaatan panel surya tidak hanya dapat diimplementasikan di bangunan industri saja, tetapi juga dapat digunakan untuk rumah tangga.

Perlu Anda ketahui, jika sektor rumah tangga merupakan salah satu kondumen listrik terbesar dan menyumbang emisi karbon yang cukup besar di Indonesia. Terlebih konsumsi ini akan terus meningkat seiring berjalannya waktu, terutama untuk wilayah perkotaan. Meskipun secara individu penggunaan listrik berkesan sedikit, tetapi kontribusi secara komunalnya sangat besar.  Menyikapi hal ini, masyarakat harus lebih bijak dalam menggunakan listrik dan lebih sadar lingkungan untuk tetap menjaga lingkungan sekitar. Jika Anda ingin berpartisipasi dalam misi menurunkan emisi karbon, menggunakan panel surya bisa menjadi solusi yang tepat.

Written by Amadea Hasmirna | 04 Apr 2024