7 Inovasi Lingkungan Berbasis Tenaga Surya

Teknologi tenaga surya merupakan jenis teknologi yang sering dimanfaatkan dalam upaya pelestarian lingkungan. Hal ini tentu tidak mengherankan jika mengingat sifat tenaga surya yang memang ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan residu seperti jenis tenaga lainnya (misalnya tenaga fosil). Di samping itu, tenaga surya pun tidak membutuhkan upaya khusus untuk mendapatkan sumber energinya karena sepenuhnya sudah tersedia di alam. Dengan berbagai kemudahan tersebut, maka berbagai inovasi teknologi pun perlahan bermunculan. Kebanyakan bahkan merupakan inovasi teknologi untuk lingkungan. Tidak perlu yang menggunakan perancangan teknologi kompleks seperti mobil bertenaga surya, tapi justru ada banyak sekali pemanfaatan tenaga surya yang sangat tidak terlalu kompleks namun sangat aplikatif kepada masyarakat. Berikut ini beberapa contohnya.

1. Pompa air tanah

Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, terutama mereka yang berada di pulau-pulau kecil. Air bersih hanya bisa didapatkan dengan menggali jauh ke dalam tanah. Letak tempat tinggal mereka yang berada jauh di pulau-pulau terpencil pun tidak memungkinkan untuk dijangkau pipa PDAM. Untuk itu, tidak ada jalan lain selain menggunakan air tanah dengan cara memompanya. Padahal untuk memompa air tanah pun tidak bisa dibilang mudah. Bahan bakar solar yang digunakan untuk mengaktifkan pompa listrik tenaga diesel sulit didapat dan mahal. Beruntung kini sudah ditemukan teknologi pompa listrik berbasis tenaga surya. Dengan inovasi ini, masyarakat tidak perlu lagi bergantung pada solar untuk bisa mengaktifkan pompa listrik. Dengan begitu, kebutuhan air terpenuhi, lingkungan pun tetap lestari.

2. Gerobak dagang

Pedagang kaki lima atau pedagang dengan gerobak lainnya merupakan bagian dari UMKM (usaha menengah, kecil, dan mikro) yang berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi Indonesia. Tanpa adanya mereka, bukan hanya Anda yang merasa kesulitan karena tidak dapat menemukan makanan kesukaan, tetapi juga perekonomian negara. Untuk mendukung kegiatan perekonomian pedagang dengan gerobak serta mendorong mereka untuk mulai bertransformasi ke cara berdagang yang lebih ramah lingkungan, diciptakanlah gerobak dagang berbasis tenaga surya. Gerobak dagang berbasis tenaga surya ini merupakan temuan dari para mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi PLN Cengkareng. Gerobak tenaga surya yang kemudian disebut Gatsu ini memiliki dua panel surya pada bagian atapnya. Masing-masing memiliki daya 60 Wp, sehingga totalnya 120 Wp. Dengan daya sebesar itu, Gatsu mampu menghidupkan blender, lampu, memanaskan air, hingga menambah daya untuk sebuah smartphone.

3. Sistem peringatan banjir

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi. Saat sudah menyerang, banjir rentan menimbulkan korban jiwa dan kerugian material. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka sebaiknya ada sebuah sistem khusus yang memberikan peringatan kepada masyarakat sebelum banjir datang menerjang. Sistem peringatan banjir semacam ini memang sudah banyak yang menemukan dan menerapkan. Namun, sistem peringatan banjir temuan mahasiswa Vietnam, Nguyen Huynh Nhat Thuong ini bisa dibilang tidak ada duanya. Pasalnya, sistem peringatan banjir miliknya menggunakan tenaga surya untuk beroperasi. Dengan memanfaatkan teknologi tenaga surya, sistem peringatan banjir ini tidak harus bergantung pada listrik konvensional. Jika mengingat letak sensornya yang berada jauh di area pegunungan tinggi, sistem peringatan banjir milik Thuong memang tidak bisa mengandalkan listrik biasa. Namun, dengan memanfaatkan panel surya, maka sistem ini tetap bisa bekerja.

4. Alat pengusir hama

Petani Indonesia hingga saat ini terus dikhawatirkan dengan risiko gagal panen. Selain karena cuaca yang semakin susah ditebak, hama juga merupakan musuh utama petani untuk mendapat hasil panen yang maksimal. Menggunakan insektisida yang dianggap sebagai cara yang paling ampuh pun ternyata kurang membuahkan hasil. Lalu, apa yang bisa dilakukan? Petani mungkin bisa mempertimbangkan Multi Trap yang merupakan alat pengusir hama berbasis teknologi tenaga surya temuan Mochamad Awaluddin. Alat pengusir hama ini menggunakan listrik yang 100% dihasilkan dari tenaga surya. Dengan begitu, sudah bisa dipastikan jika perangkat ini hemat energi serta ramah lingkungan. Multi Trap milik Mochamad Awaluddin bahkan tidak hanya bisa mengusir satu jenis hama. Menurut klaimnya, perangkat tersebut bahkan mampu mengusir wereng, tikus, burung, hingga hewan-hewan nokturnal seperti kelelawar dan babi hutan.

5. Atap dengan pembangkit listrik tenaga surya on grid

Tagihan listrik menjadi salah satu pengeluaran rumah tangga yang paling besar. Apalagi hampir setiap tahunnya tarif listrik selalu mengalami peningkatan. Kabar baiknya, biaya tagihan listrik bisa ditekan melalui penggunaan atap dengan pembangkit listrik tenaga surya on grid. Kini, teknologi atap panel surya di Indonesia sudah terkoneksi dengan PLN. Karena mengandalkan cahaya matahari sebagai sumber pembangkit listrik, maka rumah Anda akan mengambil listrik dari PLN demi memenuhi kebutuhan listrik saat sedang tidak ada cahaya matahari yang mencukupi. Namun, apabila ketika siang hari tidak ada orang di rumah yang menggunakan listrik, maka sistem atap panel surya on grid akan mengirimkan listrik ke PLN melalui net meter. Hal ini pun mencegah adanya listrik yang terbuang percuma.

Tidak hanya itu, tentunya atap panel surya juga lebih ramah lingkungan karena berasal dari sumber energi terbarukan. Hal ini tentu berbeda dari pembangkit listrik konvensional yang masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utamanya. Padahal, batu bara berasal dari energi fosil yang proses pembentukan energi bisa membutuhkan waktu hingga ratusan tahun. Belum lagi pembakaran batu bara yang menghasilkan zat CO2 cukup tinggi.

6. Pemurni Air

Kebutuhan akan air bersih terus meningkat karena jumlah manusia di dunia juga terus bertambah. Belum lagi dengan bencana kekeringan yang kerap mengancam beberapa negara di dunia. Bahkan tidak ada benua di dunia yang tidak terdampak kelangkaan air. Menurut data dari UNDP, masyarakat yang terdampak kelangkaan air bahkan mencapai 1,2 miliar orang. Namun, kini sudah ada banyak cara untuk mendapatkan air bersih. Salah satunya adalah dengan menggunakan perangkat pemurni air. Hebatnya lagi, kini perangkat pemurni air sudah menggunakan tenaga surya sehingga sangat ramah lingkungan dan tentunya bisa menjadi sumber air alternatif.

Indonesia sendiri memiliki pemurni air yang berbasis tenaga surya. Temuan dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (P2-Telimek) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut dinamakan Banyu Mili dan dapat mengolah air dalam waktu singkat. Seluruh proses sterilisasinya menggunakan sinar UV. Banyu Mili mampu menghasilkan air hingga 15 galon air dalam satu hari.

7. Lampu lalu lintas

Agar lalu lintas senantiasa lancar, dibutuhkan lampu lalu lintas yang selalu bekerja dengan baik. Sayangnya, di Indonesia sering kali dijumpai lampu lalu lintas yang rusak hingga kemudian menimbulkan kemacetan. Penyebab rusaknya lampu lintas bisa dikarenakan aliran listriknya terhenti atau memang ada gangguan sistem. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan mengalihkan lampu lalu lintas berdaya listrik konvensional menjadi tenaga surya. Dengan memanfaatkan panel surya, lampu lalu lintas dapat menyerap sinar matahari untuk kemudian dikonversikan menjadi listrik. Metode ini lebih efisien dan ramah lingkungan karena tidak membutuhkan aliran listrik konvensional dari PLN. Jadi, saat terjadi pemadaman pun lampu lalu lintas pun tidak akan langsung terdampak.

Teknologi tenaga surya adalah teknologi yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu berbahaya seperti jenis tenaga lain, seperti tenaga fosil, Dengan keuntungan tersebut, maka tidak mengherankan jika banyak teknologi inovasi lingkungan yang memanfaatkan tenaga surya. Tujuh inovasi di atas merupakan contoh pemanfaatan tenaga surya untuk kehidupan sehari-hari. Apakah ada satu di antaranya yang sudah pernah Anda gunakan?

Written by Annisa Hening Noorvitasari | 10 Jun 2019