7 Bukti Nyata Pemanasan Global Benar-Benar Terjadi di Indonesia

Dampak pemanasan global sangat berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hampir seluruh negara mengalami dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim ini, termasuk pula di Indonesia. Bahkan sejak beberapa tahun belakangan, dampak pemanasan global dapat kita lihat dengan jelas dan rasakan sendiri. Apa saja bukti pemanasan global di Indonesia? Berikut beberapa di antaranya yang perlu untuk Anda ketahui.

1. Terjadinya kebakaran lahan

Kebakaran lahan di Indonesia terjadi bukan hanya karena faktor kesengajaan, tetapi faktor perubahan iklim dan pemanasan global juga mengambil peran. Bahkan jika dibiarkan dan tidak tertangani dengan baik, kebakaran lahan dapat memberikan kontribusi buruk terhadap meningkatnya pemanasan global di Indonesia maupun di dunia. Kebakaran lahan sebagai bukti pemanasan global cukup nyata di Indonesia. Adapun luas area kebakaran lahan adalah lebih dari 100 ribu hektar. Pada 2015 lalu saja, seperti dilansir dari Katadata, wilayah Sumatera Selatan merupakan kawasan terdampak tertinggi kebakaran lahan dengan luas 608 ribu hektar.

Maka dari itu, untuk menjaga lahan terbakar ini kita perlu mempertahankan fungsinya. Bila lahan terbakar tidak memiliki kandungan air, maka harus dilakukan perbaikan dan bisa dengan melakukan restorasi lahan. Selain itu, perlu pula adanya peraturan pemanfaatan lahan yang berbasis lingkungan guna menekan efek lanjutan dari pemanasan global.

2. Kasus kekeringan

Bukti pemanasan global di Indonesia yang dapat dirasakan dampaknya secara langsung adalah kekeringan. Contohnya saja adalah yang terjadi di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kekeringan ini sebagaimana ditulis di laman Antara News disebabkan oleh minimnya curah hujan dan dampak dari pemanasan global. Akibatnya, hampir sebagian besar petani di wilayah NTT terancam gagal panen di hampir semua daerah di provinsi ini pada tahun 2010 lalu. Apabila kekeringan terjadi dan tidak segera teratasi, maka efek selanjutnya adalah mengganggu stok pangan yang ada. Ketika stok pangan dan cadangannya tidak mencukupi selama beberapa waktu ke depan, tentu akan membuat masalah baru bagi masyarakat, yakni ancaman kelaparan dan krisis pangan.

Bahkan efek berantai dari kelaparan bisa terjadi dalam bentuk kematian, dan malnutrisi. Bahkan ada pula kemungkinan terjadinya tindakan kriminal yang dikarenakan masyarakat membutuhkan pangan dan mereka terpaksa mengambilnya di tempat lain. Meski kemungkinannya kecil, namun ancaman seperti ini juga patut menjadi perhatian.

3. Suhu udara semakin meningkat

Dampak berikutnya dari pemanasan global di Indonesia adalah meningkatnya suhu udara. National Geographic bahkan menyebutkan jika peristiwa El Nino di tahun 2019 ini merupakan yang terpanas di dunia. El Nino di Indonesia diperkirakan membuat iklim lebih kering, khususnya pada bulan Juli-September 2019. Hal ini jugalah yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang. Dampak El Nino sebagai bukti pemanasan global di tanah air yang cukup parah, terjadi pada tahun 2015 lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), seperti dikutip oleh Kompas.com, menyebutkan bahwa kekeringan tersebut melanda 16 provinsi, 102 kabupaten/kota, dan 721 kecamatan. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang gagal panen atau puso. Bahkan dalam kondisi lain, fenomena alam ini dapat memicu terjadinya kebakaran lahan dan memperparah pemanasan global.

4. Sulitnya air bersih

Berhubungan dengan suhu udara seperti disebutkan di atas, bukti pemanasan global diperkuat dengan adanya pasokan air bersih di tanah air. Contohnya saja di tahun 2015 akibat El Nino, Pulau Bali dan Nusa Tenggara terdampak fenomena tersebut dan mengalami defisit air bersih sekitar 20 miliar meter kubik. Kemudian, pada tahun 2017 lalu, Tirto.id menyebutkan bahwa ada sekitar 3,9 juta jiwa masyarakat memerlukan bantuan air bersih karena terdampak kekeringan akibat pemanasan global.  Ketersediaan air bersih ini merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat. Sebab, tidak hanya menyangkut mengenai konsumsi, tetapi juga untuk keperluan lainnya. Misalnya saja untuk pertanian. Bisa Anda bayangkan bagaimana jadinya jika pertanian menggunakan air yang tidak bersih, tentu ini akan berpengaruh pada hasil panen dan kualitas hasil pertanian.

5. Terjadinya cuaca ekstrem

Pemanasan global memiliki dampak yang signifikan pula terhadap cuaca ekstrem. Di Indonesia sendiri, cuaca ekstrem kerap terjadi selama beberapa tahun terakhir. Cuaca ekstrem yang terjadi di antaranya adalah hujan deras yang disertai badai. Dampak lanjutan dari adanya cuaca ekstrem ini adalah terjadinya longsor, banjir, dan bencana lainnya. Terjadinya cuaca ekstrem ini dapat membuat kerugian yang tidak sedikit, bahkan hingga miliaran. Hal ini seperti yang dilansir oleh Tempo, salah satu contohnya adalah kasus banjir di Jakarta pada tahun 2014 dan 2015 lalu, yang dapat dilihat sebagai bukti pemanasan global yang dapat membawa dampak yang lebih lanjut bagi masyarakat.

6. Berubahnya siklus musim yang tidak menentu

Berikutnya, pemanasan global baik langsung maupun tidak langsung dapat mengubah siklus musim yang ada. Pada dasarnya, Indonesia memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di Indonesia dimulai pada bulan April hingga Oktober. Ketika memasuki bulan Oktober hingga Februari, barulah musim penghujan berlangsung. Akan tetapi, seperti yang kita rasakan saat ini, perubahan musim tidaklah menentu akibat perubahan iklim dan pemanasan. Bisa jadi ketika musim penghujan, justru terjadi kemarau dan sebaliknya. Jika kondisi siklus musim yang tidak menentu tidak segera membaik, ini tentu akan menyulitkan masyarakat, khususnya bagi sektor pertanian.

7. Hilangnya pulau kecil di Indonesia

Dampak yang tidak kalah menjadi perhatian masyarakat dunia dan Indonesia akibat pemanasan global adalah menurunnya permukaan pulau. Bahkan pulau-pulau kecil terancam tenggelam akibat fenomena ini. Indonesia sebagai kepulauan terbesar di dunia menunjukkan bukti nyata pemanasan global tersebut. Adanya pemanasan global sangat rentan terhadap pulau kecil, baik tenggelam maupun hilang karena adanya abrasi. Melansir dari laman Tirto.id, ada empat pulau yang terancam hilang, khususnya pada pulau kecil seperti Pulau Pedang, Pulau Kelor, Pulau Sentut, bahkan Pulau Bali pun masuk dalam kategori ini. Laman Tirto.id tersebut juga menyebutkan sebuah penelitian yang dilakukan Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP,  bahwa sejak tahun 2005 lalu, Indonesia sudah kehilangan 24 pulau. Jika ini dibiarkan, tidak bisa dipungkiri lagi menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan diperkirakan hingga tahun 2030 masih ada potensi ribuan pulau tenggelam sebagai bukti nyata pemanasan global. Dampak paling riskan adalah hilangnya pulau kecil di perairan Maluku. Begitu juga dengan Pulau Batu Beranting, Nipa, Putri, dan Pelampong yang ada di daerah Batam dan Pulau Samalona yang ada di pantai selatan Sulawesi Barat. Pulau ini diperkirakan akan tenggelam menjelang tahun 2020 mendatang.

Dari ulasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa bukti pemanasan global di Indonesia tidaklah kecil. Dampak tersebut tidak hanya mengancam lingkungan, akan tetapi jika ditelusuri lebih lanjut juga dapat berdampak buruk terhadap kehidupan sosial masyarakat. Maka dari itu, mulai saat ini ada baiknya kita untuk menjaga kelestarian alam dengan melakukan hal-hal kecil dalam mengurangi dampak dari pemanasan global.

Written by Irfantoni Listiyawan | 10 Jun 2019