5 Hal yang Bisa Dicontoh dari Surabaya dalam Merawat Lingkungan

Sejak beberapa tahun belakangan ini, Surabaya mendapat banyak perhatian dari kota-kota lain di Indonesia. Kota Pahlawan ini dianggap berhasil dalam merawat lingkungan. Jika Anda datang ke Surabaya dan berkeliling kotanya, Anda bisa melihat suasana jalanan yang begitu bersih dan asri. Fasilitas untuk pejalan kaki sudah sangat memadai, belum lagi pohon-pohon yang menaungi area tepi jalan. Maka, tidak mengherankan apabila pada Januari 2019 lalu, Surabaya mendapatkan penghargaan Adipura untuk kedelapan kalinya secara berturut-turut.

Hebatnya lagi, penghargaan Adipura yang didapatkan Surabaya merupakan jenjang yang tertinggi, yaitu Kencana Adipura. Penghargaan ini diberikan kepada kota yang memiliki kinerja baik dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Prestasi tersebut tentunya tidak didapatkan Surabaya secara instan. Banyak perubahan dan upaya yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun warganya, demi menjaga dan merawat lingkungan. Ini dia beberapa di antaranya yang bisa dicontoh dan mungkin diterapkan di kota-kota lain di Indonesia.

1. Perbaikan trotoar untuk pejalan kaki

Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun, misalnya, salah satu perubahan signifikan yang sangat terlihat dari Surabaya adalah semakin baiknya fasilitas pejalan kaki. Berbagai ruas jalan di Surabaya, terutama di jalan-jalan besarnya, sudah dilengkapi dengan trotoar yang cukup lebar. Di sepanjang trotoar, terdapat pohon dan tanaman untuk mempercantik pemandangan. Tidak ketinggalan bangku-bangku taman bagi pejalan kaki yang butuh istirahat.
Selain itu, demi mendorong masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, pemerintah Surabaya juga menyediakan banyak tempat sampah di sepanjang trotoar. Untuk trotoar di jalan-jalan tertentu, misalnya di Jalan Embong Malang dan Jalan Urip Sumoharjo, dipasangi pula bola-bola aneka warna di sisi pinggir trotoar.

Lebih dari sekadar untuk mempercantik pemandangan, bola-bola yang terbuat dari beton semen ini berfungsi untuk mencegah sepeda motor agar tidak melintas di trotoar. Hebatnya lagi, trotoar di Surabaya juga cukup inklusif. Saat membangunnya, pemerintah Surabaya tidak melupakan kepentingan kaum tunanetra. Telah disediakan jalur khusus dengan pemilihan keramik berbeda dari ruas lainnya demi memudahkan kaum difabel untuk berjalan.

2. Membangun taman-taman di kawasan strategis

Hingga artikel ini ditulis, Surabaya memang belum memiliki alun-alun seperti yang ada di kota-kota tetangganya: Sidoarjo, Gresik, dan Malang. Namun, hal tersebut sepertinya tidak dipermasalahkan oleh warganya mengingat Surabaya punya begitu banyak taman dengan fasilitas yang sangat memadai.
Salah satu yang paling populer adalah Taman Bungkul karena berada di tengah kota, tepatnya di kawasan Jalan Darmo. Tidak hanya aneka tanaman, Taman Bungkul juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung lain seperti area skateboard hingga koneksi hotspot. Bahkan pada 2013 lalu, Taman Bungkul mendapat penghargaan sebagai taman terbaik se-Asia dari PBB, yaitu The 2013 Asian Townscape Award (ATA).

Ada lagi Taman Harmoni Keputih yang, menariknya, dulu merupakan sebuah tempat pembuangan sampah. Kini, area tersebut tampak begitu cantik dengan kehadiran bunga sakura dan berbagai tanaman lainnya. Tentunya masih banyak lagi taman-taman lain di Surabaya dengan ciri khasnya masing-masing, misalnya Taman Flora Bratang yang memiliki koleksi rusa, Taman Lansia yang biasa digunakan para lansia untuk berolahraga, dan Taman Prestasi dengan wahana perahunya. Dengan begitu banyaknya ruang terbuka di Surabaya, indeks standar pencemar udara di Kota Pahlawan ini pun berada di angka 41 atau sangat baik.

3. Pengolahan limbah dan sampah secara serius

Tahukah Anda bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan proses pengelolaan sampah di Surabaya sebagai role model? Hal ini bukannya tanpa alasan. Saat ini, pemerintah Kota Surabaya sedang melaksanakan proyek pembangunan pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), yang sudah memasuki tahap studi kelayakan. Demi mensukseskan proyek untuk merawat lingkungan ini, pihak terkait telah menyiapkan lahan seluas kurang lebih 2,4 hektar di Tambak Osowilangun, Benowo. Sebetulnya, proyek ini hanya membutuhkan lahan seluas 1,5 hektar. Namun, pemkot ingin agar pengelolaan limbah jauh dari pemukiman warga sehingga tidak mengganggu.

Terlebih, jumlah limbah di Surabaya bisa mencapai 8-10 ton per harinya, itu pun hanya terdiri dari limbah medis. Namun, dipastikan bahwa pengelolaan limbah ini tidak hanya menangani limbah medis, tapi juga dari industri lain. Hebatnya, penanganan sampah dan limbah di Surabaya tidak hanya dilakukan oleh pihak pemerintah kota. Perlahan, warga Surabaya juga mulai sadar akan pentingnya pengelolaan limbah dan memutuskan untuk berpartisipasi. Salah satunya dilakukan oleh warga Rungkut Mapan Surabaya yang mendirikan kampung hijau bebas sampah dan olah limbah. Mereka menciptakan sebuah inovasi alat untuk merawat lingkungan yang mampu mengubah air selokan menjadi air bersih.

4. Naik bus kota, bayar pakai botol plastik

Walaupun patut diacungi jempol atas upayanya dalam merawat lingkungan, bukan berarti Surabaya tanpa cela. Sampai sekarang, masih banyak warga Kota Pahlawan yang lebih memilih untuk ke mana-mana menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi umum. Volume kendaraan di Surabaya bahkan dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Alhasil, banyak ruas jalanan yang mengalami kemacetan, terutama di jam-jam sibuk. Namun, pemkot Surabaya sendiri tidak tinggal diam. Selain memperluas ruas jalan secara bertahap, mereka juga terus mendorong masyarakat agar mau menggunakan transportasi umum. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan Bus Suroboyo dengan konsep ramah lingkungan.

Bukannya membayar pakai uang, pengendara bus cukup menyerahkan botol plastik bekas atau sampah plastik lain. Nantinya, sampah-sampah tersebut akan didaur ulang atau dikelola kembali oleh Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau. Berkat inovasi tersebut, ditambah dengan berbagai upaya lain dalam merawat lingkungan, Surabaya pun berhasil memenangkan penghargaan The Guangzhou International Awards 2018. Menurut pihak penyelenggara, Surabaya dinilai berkontribusi aktif dalam kegiatan reduce, reuse, recycle (3R), sosialisasi daur ulang dari tingkat rumah tangga, hingga mendorong warganya untuk melakukan urban farming.

5. Mengembangkan listrik yang ramah lingkungan

Walaupun mungkin tidak terlalu disadari, tingginya penggunaan listrik sebetulnya juga menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan. Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara untuk menyediakan pasokan listrik. Hasil pembakaran dan batu bara inilah yang berisiko merusak lingkungan. Belum lagi stok batu bara yang kian menipis mengingat ia merupakan salah satu energi fosil, yang proses pembentukannya membutuhkan waktu jutaan tahun. Surabaya menyadari hal tersebut. Perlahan, pihak pemkot melakukan berbagai upaya untuk menangani isu ini. Sejak 2017 lalu, Surabaya sudah bekerja sama dengan Pembangkit Jawa Bali (PJB) untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan serta energi terbaru dan terbarukan.

Salah satu inovasi yang dilakukan adalah mengubah sampah menjadi energi listrik. Proyek percontohannya bisa Anda lihat di Rumah Kompos Bratang, Taman Flora-Kebun Bibit. Dari pengolahan sampah ini, sekitar 4.000 Watt energi listrik berhasil dihasilkan untuk penerangan jalan umum dan lampu di Taman Flora. Demi menghasilkan energi listrik setiap harinya, dibutuhkan sekitar 70 kg sampah plastik dan ranting kering untuk dibakar. Kedepannya, Pemkot Surabaya berencana untuk terus menambah rumah kompos yang akan dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Applause untuk Surabaya yang sudah berhasil membuktikan kesungguhannya dalam merawat lingkungan. Mungkin memang masih ada beberapa PR lain yang harus dikerjakan, tapi sejauh ini Surabaya sudah mengambil langkah-langkah tepat yang meninggalkan dampak positif. Semoga Surabaya bisa menjadi role model dan inspirasi untuk kota-kota lain di Indonesia.

Written by Biru Cahya Imanda | 08 Mar 2019