- Our Contribution:
- CO2 Avoided Kg =
5 Faktor Utama Penyebab Polusi di Indonesia
Saat beraktivitas sehari-hari, Anda mungkin tidak merasa ada masalah apa pun dengan udara di sekitar, apalagi jika Anda lebih banyak berkegiatan di dalam ruangan. Namun, sebetulnya sebagai masyarakat Indonesia kita perlu khawatir karena polusi di Indonesia bisa dikatakan cukup mengkhawatirkan.
Bahkan pada 2018 lalu, laporan dari Greenpeace Indonesia menunjukkan bahwa ada dua kota di Indonesia yang masuk daftar peringkat sepuluh besar kota dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Jakarta menduduki peringkat pertama, sedangkan Bali berada di posisi kedelapan. Lebih parahnya lagi, polusi di Indonesia bukan hanya terjadi di udara, tapi juga hingga darat dan laut. Faktor penyebabnya tentu bermacam-macam. Namun, kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan disebut-sebut menjadi “terdakwa” utamanya. Apa benar begitu? Lantas, apa sajakah faktor lain yang kira-kira turut menjadi penyebab polusi di Indonesia?
1. Plastik jadi penyebab utama polusi laut di Indonesia
Memiliki lebih dari 17.000 pulau, Indonesia diberkahi dengan banyak sekali pantai cantik. Sayangnya, tidak semua pantai memiliki keindahan yang sama. Tidak sedikit pula yang lautnya sudah tercemar oleh polusi. Sedihnya, mayoritas polusi laut di Indonesia disebabkan oleh masyarakatnya sendiri. Masih banyak dari kita yang suka membuang sampah sembarangan ke laut, terutama sampah plastik. Dilansir dari situs Viva.co.id, lembaga pemerhati lingkungan Ocean Crusaders pernah mengeluarkan daftar peringkat negara dengan sampah plastik terbanyak di laut. Indonesia menempati peringkat kedua setelah Tiongkok. Berdasarkan data mereka, setiap tahunnya ada lebih dari 3 ton metrik sampah plastik di Indonesia yang tidak dikelola dengan tepat.
Namun, walaupun sampah plastik menjadi penyebab utama polusi laut di Indonesia, bukan berarti tidak ada faktor lainnya. Pemanfaatan sumber daya yang tidak terkendali dan ilegal juga turut menyumbang polusi laut. Dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, setidaknya ada sembilan faktor pendukung parahnya polusi laut di Indonesia:
- Penggunaan bahan beracun dan peledak untuk menangkap ikan di daerah terumbu karang
- Penebangan bakau untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk dijadikan bahan baku kertas atau lahan yang digunakan untuk pembangunan
- Pembuangan limbah pabrik ke sungai dan laut
- Pembuangan zat-zat berbahaya dari kapal, termasuk tumpahan minyak
- Aktivitas wisata yang tidak ramah lingkungan dan tidak memedulikan ekosistem laut
- Penambangan pasir laut dan reklamasi pantai
- Penambangan karang untuk dijadikan bahan bangunan
- Pembuangan sampah dari aktivitas hulu yang bermuara ke laut
- Pencurian benda berharga dari muatan kapal tenggelam (BMKT) dan kekayaan laut
2. Tingginya limbah dari hasil industri
Penyebab polusi satu ini masih ada hubungannya dengan kondisi laut dan perairan di Indonesia. Yes, limbah industri, terutama dari pabrik, menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka polusi di Indonesia. Sebagai contoh, ada sekitar dua ribu pabrik yang membuang sampahnya ke Sungai Citarum, Jawa Barat. Alhasil, kondisi air di Sungai Citarum pun dari seribu kali lipat lebih kotor dari air biasa. Tidak mengherankan apabila akhirnya Sungai Citarum dinobatkan sebagai sungai paling tercemar di dunia pada 2013 lalu. Bahkan hingga tahun 2017, pemerintah Indonesia masih berusaha mencari cara untuk mengatasi polusi limbah di Sungai Citarum.
Belum lagi jika kita membahas tentang bahan-bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh industri. Hal inilah yang terjadi di Kota Cilegon. Berdasarkan data yang dikumpulkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon, sebanyak 82 perusahaan melaporkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) setiap tiga bulan sekali. Apabila seluruh perusahaan menghasilkan limbah B3, paling minim ia pasti menghasilkan oli. Per tahunnya, limbah B3 di Cilegon tercatat mencapai 24.000 ton hasil dari produksi.
3. Polusi kendaraan bermotor sebabkan pencemaran udara
Untuk mobilitas sehari-hari, kebanyakan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sangat mengandalkan kendaraan bermotor, baik itu mobil maupun sepeda motor. Tingginya kebutuhan mobilitas tersebut pun berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa per 2017 lalu, total jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sudah mencapai 138,5 juta. Jumlah ini meningkat dari 129,2 juta pada 2016. Secara otomatis, polusi yang dihasilkan dari pembakaran BBM pun ikut bertambah. Data dari Indeks AQLI menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi 18 dari 220 negara dengan tingkat polusi paling tinggi.
Dengan nilai rata-rata konsentrasi partikel sebesar 21,6 ugram/m di tingkat nasional, usia rata-rata penduduk Indonesia diprediksi bisa berkurang 1,2 tahun. Di Indonesia, tingkat polusi ini tentu berbeda di masing-masing kota. Namun, apabila dilihat dari aktivitasnya, kota-kota besar biasanya memiliki risiko polusi udara yang lebih tinggi. Di Jakarta, misalnya, hasil pantauan Greenpeace Indonesia menunjukkan bahwa kualitas udara sudah memasuki level tidak sehat atau berbahaya. Hasil tersebut sejalan dengan pemantauan yang dilakukan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Selama tahun 2017, tercatat hanya ada 29 hari yang memiliki kualitas udara dengan kategori bagus di Jakarta Pusat.
4. Energi fosil sebagai sumber energi utama listrik Indonesia
Saat ini, kebanyakan negara di dunia masih mengandalkan batu bara sebagai sumber daya pembangkit listrik. Begitu juga dengan Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), selama Februari 2018 lalu saja tercatat jumlah konsumsi batu bara di Indonesia mencapai 15,6 juta metric ton. Konsumsinya kebanyakan dimanfaatkan untuk keperluan kelistrikan. Mungkin sekarang Anda merasa tidak ada masalah apa-apa terkait pasokan listrik di Indonesia. Namun, perlu diingat kembali bahwa batu baru termasuk salah satu sumber daya yang berasal dari energi fosil. Nah, hasil pembakaran dari energi fosil inilah yang tidak ramah lingkungan. Limbahnya bahkan bisa mencemari lapisan tanah sehingga berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman.
Sayangnya, hingga kini konsumsi energi fosil masih sangat tinggi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa konsumsi energi fosil di Indonesia mencapai 95% dari bauran energi nasional. Selain itu, karena merupakan sumber daya yang tidak terbarukan (non-renewable), energi fosil pun membutuhkan waktu pengolahan yang sangat lama. Padahal, kebutuhan akan listrik terus meningkat dari waktu ke waktu. Karena tidak dibarengi dengan persediaan energi fosil yang memadai, jangan kaget apabila harga listrik terus mengalami kenaikan.
5. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan
Ada begitu banyak solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi polusi di Indonesia, mulai dari yang sederhana seperti tidak buang sampah sembarangan, beralih menggunakan transportasi umum, hingga yang lebih advanced seperti penggunaan panel surya di sektor perumahan. Namun, hal tersebut tetap percuma apabila masyarakat Indonesia belum punya kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga lingkungan dan menciptakan tempat beraktivitas yang ramah lingkungan.
Sayangnya, hal itulah yang justru saat ini terjadi di Indonesia. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar bahwa menjaga lingkungan sekitar itu penting. Tidak hanya terkait masalah kesehatan, tapi juga demi warisan untuk generasi-generasi selanjutnya. Hal-hal seperti membuang sampah sembarangan dan penggunaan plastik masih banyak dilakukan. Bukan hanya oleh industri bisnis maupun perusahaan, tapi juga rumah tangga. Bahkan ternyata justru industri rumah tangga yang menjadi salah satu “produsen” utama sampah plastik di Indonesia. Contohnya saja, di pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, ditemukan sebanyak 70% sampah plastik yang berasal dari rumah tangga. Belum lagi di tempat-tempat pemukiman lain yang kemungkinan besar juga banyak menggunakan plastik.
Tingkat pencemaran di Indonesia, baik itu udara, darat, maupun laut, sudah mencapai level yang tinggi. Jika Anda masih ingin hidup lama di wilayah yang menyehatkan, maka perubahan sudah pasti harus dilakukan. Hal-hal sesimpel tidak membuang sampah sembarangan atau mengurangi penggunaan plastik sudah sangat membantu untuk menjaga lingkungan. Mari jadikan Indonesia sebagai negara yang ramah lingkungan dengan jumlah polusi yang minim.
Written by Biru Cahya Imanda | 17 Feb 2019