Mengapa Tingkat Awareness Mengenai Renewable Energy Masih Sangat Rendah di Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan salah satu ekonomi terbesar di dunia, memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan. Namun, meskipun ada upaya yang cukup besar dalam mencapainya, tingkat kesadaran masyarakat mengenai energi terbarukan (renewable energy) di Indonesia masih sangat rendah. Ini menimbulkan berbagai tantangan dalam mewujudkan transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Lalu, apa penyebab rendahnya awareness tentang energi terbarukan di Indonesia? Berikut adalah beberapa alasan yang perlu dipahami.

1. Kurangnya Pendidikan dan Sosialisasi yang Efektif

Salah satu penyebab utama rendahnya tingkat kesadaran tentang energi terbarukan di Indonesia adalah kurangnya pendidikan dan sosialisasi yang efektif mengenai manfaat energi terbarukan. Meskipun ada program-program pemerintah yang menyasar pengembangan energi terbarukan, seperti energi surya, angin, dan biomassa, banyak orang masih belum memahami apa itu energi terbarukan, bagaimana cara kerjanya, serta manfaatnya. Tanpa pemahaman yang jelas, masyarakat cenderung mengabaikan potensi besar yang dimiliki energi terbarukan.

Beberapa program edukasi dan sosialisasi masih terbatas pada lingkup yang sangat kecil dan tidak melibatkan masyarakat secara luas. Selain itu, banyak informasi yang disampaikan tidak mudah diakses atau dipahami oleh masyarakat umum, terutama di daerah terpencil.

2. Keterbatasan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Meski teknologi energi terbarukan semakin berkembang, infrastruktur yang mendukung penerapan teknologi ini di Indonesia masih terbilang kurang memadai. Sebagai contoh, penggunaan panel surya sebagai salah satu bentuk energi terbarukan masih terbatas pada rumah-rumah yang mampu membeli teknologi tersebut, dan sebagian besar wilayah Indonesia belum memiliki akses yang cukup terhadap infrastruktur energi terbarukan.

Di daerah pedesaan atau pulau-pulau terpencil, meskipun memiliki potensi besar untuk energi surya atau angin, banyak yang belum mendapatkan akses untuk memasang sistem energi terbarukan yang layak. Selain itu, kendala terkait dengan harga teknologi yang masih cukup tinggi menjadi hambatan besar bagi masyarakat yang ingin beralih ke energi terbarukan.

3. Kurangnya Insentif atau Dukungan Ekonomi dari Pemerintah

Untuk mendorong peralihan ke energi terbarukan, pemerintah perlu memberikan insentif yang cukup bagi masyarakat dan sektor industri yang berinvestasi dalam teknologi hijau. Namun, meskipun ada beberapa kebijakan yang mendukung energi terbarukan, seperti insentif untuk pembelian panel surya, dukungan yang diberikan masih belum cukup signifikan untuk menggugah masyarakat secara keseluruhan.

Kebijakan yang terbatas dan kurang konsisten membuat banyak pihak merasa enggan untuk berinvestasi dalam energi terbarukan. Hal ini menambah ketergantungan pada energi fosil yang lebih murah dan lebih mudah diakses.

4. Kurangnya Pemahaman tentang Manfaat Jangka Panjang

Banyak masyarakat yang masih memprioritaskan kebutuhan jangka pendek, seperti biaya listrik yang rendah, daripada memahami manfaat jangka panjang dari penggunaan energi terbarukan. Meskipun energi terbarukan dapat mengurangi pengeluaran listrik dalam jangka panjang dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan, pengertian tentang keuntungan ini belum banyak disosialisasikan kepada publik.

Sebagian besar orang cenderung lebih memperhatikan biaya langsung dan terasa, sementara manfaat jangka panjang—seperti pengurangan polusi, penghematan energi, dan ketahanan energi nasional—seringkali terabaikan dalam diskursus sehari-hari.

5. Pengaruh Budaya Konsumsi Energi Fosil yang Kuat

Indonesia telah lama bergantung pada energi fosil, seperti batu bara dan minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya. Budaya dan kebiasaan dalam menggunakan energi fosil sangat kuat, dan peralihan ke sumber energi yang lebih bersih membutuhkan perubahan mindset yang tidak instan. Selain itu, banyak industri dan sektor yang sudah terikat dengan pasokan energi fosil, sehingga mengganti sistem ini memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit.

Tantangan ini juga diperburuk dengan persepsi bahwa energi terbarukan belum sepenuhnya dapat menggantikan peran energi fosil dalam memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar di Indonesia.

6. Kurangnya Fokus pada Inovasi dan R&D di Energi Terbarukan

Di banyak negara maju, investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) energi terbarukan telah menjadi prioritas untuk menciptakan teknologi yang lebih efisien dan terjangkau. Namun, di Indonesia, perhatian terhadap inovasi energi terbarukan masih terbatas. Hal ini membuat masyarakat kurang melihat adanya kemajuan teknologi yang dapat menjadikan energi terbarukan lebih terjangkau dan praktis digunakan.

Jika Indonesia dapat meningkatkan anggaran untuk riset dan pengembangan, serta mendorong inovasi di sektor energi terbarukan, hal ini dapat mempercepat adopsi teknologi hijau di kalangan masyarakat.

7. Kurangnya Peran Media dalam Mengedukasi Masyarakat

Media memiliki peran penting dalam mengangkat isu-isu penting kepada publik, termasuk dalam hal energi terbarukan. Sayangnya, topik ini masih kurang mendapat perhatian dari media mainstream, yang lebih fokus pada masalah-masalah lain yang dianggap lebih "populer". Kampanye publik tentang manfaat energi terbarukan belum sepenuhnya diterjemahkan dalam bentuk program media yang menyeluruh, sehingga tingkat kesadaran masyarakat tentang pentingnya transisi energi masih rendah.

 

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, berbagai faktor seperti kurangnya edukasi, infrastruktur yang terbatas, dan dukungan pemerintah yang belum maksimal menjadi hambatan besar dalam meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat mengenai energi terbarukan. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan langkah-langkah strategis seperti peningkatan program edukasi, insentif fiskal yang lebih menarik, serta pengembangan infrastruktur yang mendukung energi hijau. Ke depan, dengan kesadaran yang lebih tinggi, Indonesia dapat mengambil langkah besar menuju masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

 

Sumber:

 

Written by Dwita Rahayu Safitri | 14 Jan 2025